Mohon tunggu...
Pinsil Tempur
Pinsil Tempur Mohon Tunggu... -

Pinsil Tempur, nama aslinya Ali Murtadho, pernah sekolah,pernah kuliah, pernah tidak lulus, pernah lulus, tapi bukan diploma apalagi sarjana, Aktifitas sehari-hari : bersepeda,membaca, menggambar, menulis dan bercinta

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Army Wanna Be

30 Maret 2010   11:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:06 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Istilah ini baru aku tahu belakangan ini. Padahal aku sudah menjumpainya bertahun –tahun. Sejak kecil, aku sudah bergaul dengan orang-orang macam begini. Rambut cepak, badan di buat tegap. Sering memakai kaos ketat. Supaya tampak otot-ototnya. Tapi yang membuat aku tidak tahan adalah, kecenderungan mereka untuk memakai atribut tentara. Ada yang begitu cintanya pada kaos hijau tentara, sampai-sampai menerapkan manajemen paling primitif. Yakni, Mbah Ringgo. Kawan kamu tahu apa itu Mbah Ringgo? Baiklah aku jelaskan. Manajemen ini telah aku terapkan bertahun-tahun lalu. Dulu, sewaktu kecil, keluargaku termasuk golongan proletar. Bukan bermaksud berpolitik, aku hanya tidak ingin menggunakan kata-kata miskin. Kesannya nelongso dan negatif sekali bukan?. Setiap lebaran, orangtuaku hanya sanggup membelikan sepotong baju dan celana. Sementara teman-temanku paling tidak mempunyai dua pasang baju celana. Strategi yang ibuku gunakan adalah, cuci,kering pakai. Kumbah, Garing Dienggo. Supaya aku bisa berpuas menikmati baju baru. Ternyata cara ini masih dipakai penganut paham Army Wanna be golongan proletar sampai kini.

Yang agak beruntung adalah penganut paham ini yang rada-rada borjuis. Mereka bisa berganti-ganti aksesoris tentara sesuka hati. Tidak Cuma baju hijau tentara yang--jujur saja—tidak lagi hijau. Mereka bisa membeli jaket, sepatu, kaos, topi, macam-macamlah. Di Pasar Senen sana, gairah mereka tersalurkan. Tapi, meminjam istilah bang haji Rhoma Irama, bagi mereka yang tak punya uang, paling paling selain kaos hijau yang tak lagi hijau, ya ABCD…Abri Bukan Cepak Doang..Terus yang bikin aku jadi kepingin geli adalah, aku pernah melihat demo anti Amerika, tetapi pesertanya dengan bangga memakai jaket loreng warna khaki. Kremkalau aku menyebut. Bertuliskan US ARMY.

Kawan kali ini aku akan cerita tentang temanku. Dia ini mengidap penyakit Army Wanna Be akut. Stadium empat. Coba kau tanya atribut dan aksesori apa yang tidak dia punya? Paling- paling kartu anggota dan slip gaji saja yang tidak dia punya. Semuanya ada. Jaket,celana, handuk, sepatu, topi, kaos, PSH, tas, celana dalam, sandal jepit, tempat minum, apalagi coba? Sandal jepit? Ya sandal jepitnya warna loreng. Setaiap pagi dia rantai sandal jepit itu supaya tidak di pakai oleh kami. Dan setiap pagi dia memakai seragam lengkap kebanggaannya untuk berangkat kerja. Sumpah mirip tentara. Kau tahu apa pekerjaaanya? Tukang Cetak. Belagunya setengah mati. Tiap pagi selalu teriak-teriak membangunkan kami . Dia pikir di barak barangkali. Dan kami sudah capek untuk berantem dengannya. Dalam hati kami selalu berdoa, semoga pas berangkat kerja atau pulang nanti, dia kena razia polisi, atau polisi militer sekalian. Entah siapa yang berdo’a atau siapa yang mengamini. Sebab hanya dalam hati. Tapi itu doa yang kami panjatkan setiap pagi.

Tapi aku sudah tidak pernah bertemu lagi dengannya. Kami sudah berpisah sekitar sepuluh tahun. Aku berharap ia akan sembuh…tapi dimana kau hidup, aku selalu menemui orang-orang macam itu, Army Wanna Be…..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun