Mohon tunggu...
Pinsil Tempur
Pinsil Tempur Mohon Tunggu... -

Pinsil Tempur, nama aslinya Ali Murtadho, pernah sekolah,pernah kuliah, pernah tidak lulus, pernah lulus, tapi bukan diploma apalagi sarjana, Aktifitas sehari-hari : bersepeda,membaca, menggambar, menulis dan bercinta

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kopi Itu Minuman dari Surga

30 April 2010   10:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:30 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah untuk berapa kali aku menceritakan tentang ini kawan. Serbuk hitam yang dihasilkan dari biji yang dipanggang ini sungguh mempesona. Sehingga waktu kecil aku pernah ngawur berteori kalau surga itu ada dilangit dan suatu hari surga bocor dan menumpahkan sebuah biji , tumbuh dan berkembang. Yang kelak manusia menyebutnya kopi. Bukan tanpa alasan kalau aku berteori seperti itu kawan.
Sejak kecil otakku telah terkontaminasi olehnya. Semenjak umur tiga tahun otakku sudah di manja oleh zatnya yang bernama kafein. Sebelum makan pagi, ibuku selalu membuat dua gelas kopi. Untuk nenek dan ayahku. Dan bagian nenek itulah yang selalu aku habiskan. Ya, kopi hitam tanpa susu. Yang terkadang diseduh dengan gula merah. Wuih, kau tahu pasangan apa yang cocok? Singkong dan pisang bakar. Mantap sekali kawan. Serasa dunia milik sendiri.

Leluhurku telah menanam pohon ini berpuluh tahun sebelum ayahku lahir. Bahkan sebelum nenekku lahir. Sehingga dipekarangan depan dan belakang rumahku di penuhi pohon ini.Pohonnya tinggi menjulang, bercabang dan rindang. Entah dari jenis apa yang kakek buyutku tanam ini. Waktu aku kecil, aku seakan menjadi Tarzan. Kami selalu memanjat dari pohon yang satu dan melompat-lompat ke pohon lain sampai puluhan meter. Tapi aku paling tidak suka kalau harus membantu memanennya. Banyak semut. Kalau laskar semut ini mengeroyokmu kawan, tak ada pilihan lain selain melompat dari ketinggian tiga-empat meter untuk menyelamatkan diri.

Kami kadang harus berebut dengan bajing dan luwak. Buah yang merah ranum dan gendut, selalu menarik kawanan bajing yang entah bersarang di mana. Atau luwak yang selalu menyerbu di malam hari. Mereka sebenarnya tidak memakan biji-biji yang kami perlukan. Tetapi kulit buahnya. Kulit buah kopi yang merah kehitam-hitaman kalau dimakan terasa manis. Nah kotoran yang di keluarkan oleh luwak tadi, yang dinamakan kopi luwak. Kopi yang harganya kelewat mahal. Karena telah terfermentasi oleh system pencernaan binatang yang bernama latin Paradoxurus hermaphrodites. Kau tahu bentuk kotorannya? Semacam kacang tanah yang berlapis coklat. Menggumpal menerbitkan selera. Kami sering mencari buah kopi yang terjatuh di kebun tetangga, biasanya ketika kami butuh jajan atau membeli bola plastik. Kalau kami menemukan kotoran luwak, wuih serasa rezeki nomplok, sebab kita tinngal mencucinya, tidak perlu mengupas dan menumbuknya. Dan ketika di jadikan bubuk, nikmatnya tak terkira. Pantas di Amerika sana kopi ini terkenal sekali. Dan saat ini kopi merupakan komuditas nomor dua yang diperdagangkan setelah minyak bumi. Jadi tunggu apalagi? Minumlah kopi dan otakmu akan bekerja lebih cepat dan lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun