Mohon tunggu...
Pinsil Tempur
Pinsil Tempur Mohon Tunggu... -

Pinsil Tempur, nama aslinya Ali Murtadho, pernah sekolah,pernah kuliah, pernah tidak lulus, pernah lulus, tapi bukan diploma apalagi sarjana, Aktifitas sehari-hari : bersepeda,membaca, menggambar, menulis dan bercinta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Wow

29 Maret 2010   11:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:07 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Aku masuk kantor sudah agak siang. Pekerjaan semalam memaksaku merebahkan badan ini selepas subuh. Mengoreksinaskah. Sebuah buku tentang perjalanan di pedalaman Afrika. Mengharuskanku membolak-balik kamus tebal dari berbagai bahasa. Berselancar di mesin pencari pun mesti aku lakukan. Mataku merah. Sudah dua malam ini aku terpaksa tidur selepas pagi. Di ruangredaksi kebetulan sudah adaPak Bepestu, pimpinan redaksi kami yang minatnya cukup luas, yang selalu datang ke kantor penuh semangat dan membawa hal-hal baru pada kami. Ada satu hal yang selalu mengganjal hatinya. Pak Bepestu ini sudah berkali-kali menghadiri Frankfurt Book Fair--baik sebagi pengunjung maupun undangan.Tapi anehhnya, tidak pernah mampir ke Prancis. Sampai sekarang ia ini penasaran. Hanya bumi Prancis yang belum pernah diinjaknya.Padahal belahan bumi mana coba yang belum pernah ia kunjungi. Apa yang paling membuat ia penasaraan? Ia hanya ingin menulis puisi di sana. Ia menanyakan koreksianku yang semalam aku kerjakan. Aku bilang sekitar lima belas persen lagi selesai.

Penerbit buku yang kami kelola bersama ternyata menunjukkan peningkatan penjualan yang cukup pesat. Banyak penulis ternama bekerja sama dengan kami. Kau tahu kawan perumpamaan apa untuk menyatakan betapa larisnya buku kami? Seperti kacang goreng? Sudah basi. Sekarang banyak orang takut kolesterol. Kau ingin tahu? Seperti es buah yang di jual menjelang maghrib di bulan Ramadhan. Seperti itulah perumpamaan yang bisa aku sebutkan. Laris manis. Berderet-deret orang antri hanya untuk mendapatkannya. Yang tidak sempat, pasti akan menitip . Ya kadang sampai tukang cetak kami keteteran mengerjakan pesanan buku. Tidak sampai sebulan, kami kadang harus cetak ulang. Ini memaksa kami semua harus mempersiapkantubuh kami untuk menyesuaikan jam kerja. Kami berubah seperti kalong. Bekerja di malam hari dan tidur di siang hari, itupun tidak semestinya. Tapi itulah resiko (baca: kenikmatan) yang harus kami hadapi.

Tiba-tiba masuk bagian keuangan kami, lelaki Batak yang sejak kecil tingal dilingkungan Betawi. Nama sebenarnya tidak kami ketahui. Hanya bagian personalia saja yang tahu. Kami memanggilnya Pak Teje. Kalau tidak salah sih Teje Batubara. Dia lebih suka di panggilBaba. Tapi kami lebih suka memanggilnya Babe-Batak betawi. Kau tahu betapa lucunya kalau dia sedang bicara? Logat batak kecampur logat betawi. Keren. Dan kau tahu? Betawi nya bukan betawi Jakarta. Tapi betawi pinggiran – Betawi Ora-Betawi yang tercampur Jawa. Apapun bisa jadi bahan kemarahan (baca: candaan dia). Tentang karyawan yang kasbon tanggal dua, Saldo yang minus tapi setelah di hitung ulangmenjadi lebih. Macam-macamlah orang batak bilang.

Yebege Sugiyo, manager marketing kami, seorang yang tubuhnya paling besar di antara kami tidak kelihatan. Menurut jadwal sedang melakukan pertemuan dengan orang film. Novel kami yang paling laris, ‘Dewina is Muhammad Ali’ kabarnya membuat Riri Riza tertarik untuk memfilmkannya. Praktis hanya ada saya, pak Bepestu, pak Teje, dan bagian administrasi si Fenfen. Gadis keturunan China yang kalau hatinya sedang berbunga-bunga, mka ia kan dengan senang hati mentraktirku makan, ya paling tidak secangkir kopi. Ia sedang jatuh cinta. Cinta lokasi. Staf marketing kami rupanya telah menaklukan hatinya. Dan sepanjang hari-hari ini, hatinya selalu berbunga-bunga. Itu berarti akan ada secangkir kopi gratis plus kudapan yang akan mampir di mejaku.

Aku sebenarnya juga sedang menunggu seorang penulis muda yang berjanji menyerahkan naskahnya hari ini. Novelnya menarik perhatian kami. Ya gadis muda yang baru tamat SMU ini ternyata mempunyai bakat yang luar biasa. Dia bilang akan datang sekitar jam sebelas. Berarti lima menit lagi. Tiba-tiba pintu ruangan dibuka. “Permisi, maaf bisa ketemu dengan Pinsiltempur?”. Suaranya halus sekali. Kupalingkan wajahku, “Wow…Subhanallah…..Aisyah Ashafiyah?” gumamku. Hanya itu yang bisa kukatakan. Dan aku yakin Pak Teje akan berteriak dalam hati “ Wow cantik kali……”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun