Pertama sekali saya bersyukur, bahwa saya memperoleh nama yang sangat mempesona ini. Teman-teman saya selalau bertanya kenapa harus Pinsil Tempur. Bagi saya Pinsil Tempur adalah nama pilihan Tuhan untuk saya. Ceritanya begini :
Beberapa waktu yang lalu ketika saya sedang iseng mencoret-coret kertas, tiba-tiba terlintas begitu saja kata-kata itu. Langsung saja saya tulis dan saya putuskan untuk menjadi semacam ‘nama kebesaran’ bagi saya.
Sebenarnya sederhana saja, gabungan dari dua kata, Pinsil dan Tempur. Pinsil ya pensil atau potlot kalau orang Jawa menyebut. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, artinya alat tulis yang terbuat dari kayu kecil dan berisi arang keras. Dan anda semua saya yakin pernah menggunakannya. Sedangkan Tempur, menurut KBBI, artinya berjuang, berperang. Jadi Pinsil Tempur artinya kurang lebih berjuang dengan pinsil/pena. Atau dengan kata lain berjuang dengan tulisan atau gambar.
Dan secara tidak terduga, Pinsil Tempur bisa juga berarti sebuah do’a. Dengan modal pensil (baca : tulisan, gambar, buku), bisa untuk nempur beras, membeli tanah, membangun rumah, mendirikan sekolah gratis, mengajak saudara dan orangtua naik haji, keliling dunia, dan memberdayakan potensi-potensi sumber daya manusia di sekitar kita. Amien….
Do’a ini secara ajaib sudah mulai dikabulkan, terbukti dengan ditempatkan-Nya saya oleh Allah SWT pada saluran-saluran yang menuju ke arah sana.
Alhamdulillah saya sudah mempunyai usaha penerbitan, dipertemukanNya dengan orang-orang yang mempunyai talenta dan kecenderungan ke arah usaha-usaha pemberdayaan dan perbaikan mutu pendidikan generasi bangsa.
Sekolah, Alhamdulillah sudah ada. Walaupun masih memungut biaya, akan tetapi metode pengajaran dan pendidikannya, mulai meninggalkan metode pengajaran konvensional. Dan suatu hari nanti sekolah yang kami dirikan, akan sepenuhnya gratis. Insya Allah. Dari mana biayanya? Allah Maha Kaya. Dan saya yakin anda tidak akan membiarkan sebuah usaha perbaikan moral dan mutu sumber daya manusia terpuruk sedangkan anda mempunyai uang yang berlimpah. Betul tidak?. Saya tidak sendiri. Ada anda, Ada Tuhan yang Maha Melihat. Do’a dan mimpi saya ini bukan utopia. Saya yakin saya bisa kalu kita bersama-sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H