Sementara itu, nama Jeffrie Geovanie juga dikenal sebagai politisi kutu loncat yang kerap berpindah-pindah partai. Ia sempat berada di PAN, Golkar, Nasdem, Perindo, PKB, hingga akhirnya kini berada di PSI.
Jeffrie juga disinyalir memiliki kedekatan dengan konglomerat tertentu mengingat dirinya pernah menjabat sebagai Direktur Bank Artha Prima Jakarta, sekalipun peran Jeffrie sebagai pendana dibantah Grace Natalie.
Pertautan pragmatisme politik dengan kelompok oligarki yang diserap oleh PSI ini menjadikan partai yang baru seumur jagung tersebut tidak berbeda dengan partai-partai sebelumnya yang sering mereka kritik. Cita-cita kebaruan PSI pada akhirnya hanya menjadi jualan manis saat kampanye.
Artikulasi politik yang terfragmentasi dan pragmatis ini tentu saja akan membuat PSI mudah terjebak dalam politik transaksional seperti partai politik lain. Dengan demikian, masih sulit untuk melihat partai baru ini bisa memenangkan pertarungan di Pemilu 2019 nanti dan menggapai cita-cita politiknya. Pada akhirnya, ideologi tentu saja harus menghadapi kenyataan benturan dengan kondisi politik nasional yang pragmatis.
Tulisan ini pertama kali dipost di Pinterpolitik.com
Sumber: PSI, Partai Milenial Pragmatis?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H