Selain itu PSI juga "menjual" proses kaderisasi politik dan seleksi kandidat secara terbuka. Permainan politik yang diinginkan adalah mendapatkan sumber dukungan politik sebanyak-banyaknya dengan merangkul pemilih dari berbagai kalangan, Â utamanya anak muda.
Keberadaan PSI tentu menarik dicermati dalam peta politik di Indonesia. Dalam tipologi partai politik, Richard Gunter dan Larry Diamond mengembangakan suatu konsep untuk menggambarkan kecenderungan partai politik.Â
Situasi perpolitikan di Indonesia menimbulkan polarisasi yang terwujud pada model match-all party, di mana model ini merupakan gabungan dari model-model partai terdahulu. Jika diperhatikan secara seksama, PSI adalah salah satu contoh partai berspesies match-all party tersebut.
Match-all party, yang di Indonesia cenderung terjadi pada partai-partai politik baru, bisa diidentifikasi lewat beberapa indikator, yakni ketiadaan basis massa atau modal sosial yang kuat sebelumnya, ketergantungan terhadap eksistensi figur dan program, serta pemanfaatan berbagai potensi untuk memperoleh keuntungan baik pada dimensi citra maupun material.
Partai yang masuk kategori match-all mempunyai ciri utama yang terletak pada ketiadaan pembatasan ideologi, platform dan strategi untuk mengimplementasikan program-programnya.
PSI sejauh ini hanya menawarkan jalan politik melalui media sosial, di mana anak muda (milenial) adalah sasarannya. Hal itu tentu saja tidak cukup untuk mendulang popularitas, apalagi elektabilitas.
Seperti yang diidentifikasikan oleh Gunter dan Diamond, sejauh ini PSI tidak menunjukkan adanya pengorganisasian yang serius atas basis sosial yang mereka kategorikan sebagai kelompok milenial, selain dengan berpolemik melalui media sosial untuk meningkatkan popularitas.
Selain itu, basis massa yang mereka definisikan sebagai anak muda adalah kelompok yang lintas kelas dan tentu juga sangat cair sifatnya, sehingga tidak bisa menjadi kekuatan politik terorganisir yang dapat mengontrol kinerja partai, lembaga legislatif maupun eksekutif.
Semoga mereka tahu apa yg sedang mereka perbuat. Deal dgn parpol jadul berarti sama saja dengan Parpol jadul.Kasihan masih baru sudah mati dan hilang. Paling sedih harus tunduk pada sistim parpol jadul, Dimana @psi_id yg katanya akan melakukan perubahan?
--- #GolputAdalahHak (@Jeffdjuntak) August 10, 2018
PSI juga masih berkubang pada patronase beberapa pimpinannya saja. Belum ada program-program yang bisa secara jelas dirasakan bagi konstituennya. Misalnya, pada saat kasus penistaan agama menimpa mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, PSI sebagai partai yang mendukung Ahok sempat ikut mengorganisir para pendukung Ahok dengan tajuk aksi "Nyala Lilin Untuk Ahok". PSI memanfaatkan ketokohan Ahok -- membuatnya juga sering dicap sebagai partai "para Ahokers".
Namun, setelah kasus itu mereda, nyatanya tidak ada program-program partai yang dapat menggugah kesadaran masyarakat akan pentingnya partisipasi politik, apalagi untuk menjadi bagian dari kerja politik PSI. Hal ini pada akhirnya bisa dilihat dari elektabilitas partai yang terus merayap. Bahkan beberapa lembaga survei menyebut PSI tidak akan lolos ke DPR pada Pemilu mendatang.