Dukungan tersebut membuat semua pemahaman agama TGB seolah tiba-tiba hilang di mata PA 212 dan kelompok oposisi. Ia seperti tidak lagi dianggap sebagai keturunan kiai terkemuka di negeri ini. Di mata kelompok tersebut, ijazah Al Azhar TGB seperti hilang terbawa banjir. Hapalan Alqurannya pun kini seperti dianggap tidak ada artinya lagi.
Flip-flop Ala TGB
TGB seperti memilih jalan yang berbeda 180 derajat dengan pilihannya di Pilpres 2014. Kala itu, ia tidak ragu memberikan dukungannya kepada pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Tidak hanya sekadar mendukung, ia juga disebut-sebut terlibat dalam pemenangan pasangan tersebut di NTB.
Dalam politik, perubahan sikap ini kerapkali disebut sebagai flip-flop. Istliah ini kerapkali digunakan untuk menggambarkan perubahan kebijakan atau sikap yang tiba-tiba dari seorang pejabat publik. Terkadang, hal tersebut disertai klaim bahwa kedua posisi yang diambil konsisten antara satu sama lain.Â
TGB dukung Jokowi kok marah-marah? Ya gak apa. Siapa saja berhak dukung siapa saja. Siapa saja berhak mencalonkan siapa saja. Jomblo aja tetap bebas memilih kok namun akan lebih gembira klo pilihannya banyak :-)--- Dahnil A Simanjuntak (@Dahnilanzar) July 5, 2018
Langkah flip-flop seringkali digunakan oleh politikus di masa-masa mendekati atau saat Pemilu. Perubahan sikap ini dilakukan untuk memaksimalkan popularitas dari suatu kandidat.
Salah satu peneliti yang menggunakan istilah flip-flop adalah Michael Lempert. Akademisi dari Georgetown University ini menggunakan istilah tersebut untuk melihat perubahan sikap yang terjadi pada John Kerry semasa melaju sebagai capres AS di tahun 2004.
Dalam kadar tertentu, istilah flip-flop dalam politik kerapkali digunakan secara peyoratif. Hal ini terutama jika perubahan sikap atau kebijakan ini berkaitan dengan pengingkaran janji kampanye.Â
Meski begitu, belakangan istilah tersebut mengalami ameliorasi atau pembaikan makna. Perubahan sikap tiba-tiba oleh politisi kemudian tidak lagi dimaknai sebagai sesuatu yang teramat buruk. Apalagi, jika perubahan sikap atau kebijakan itu lahir sebagai respons terhadap perubahan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.
Berbagai kondisi yang menyertai langkah flip-flop dari politisi dapat menjadi faktor krusial dari perubahan sikap seorang politisi. Politisi bisa saja meraup untung dari perubahan ini, tetapi juga bisa saja justru mengalami kerugian akibat inkonsistensinya.
Bikin Jokowi Pede?
Banyak orang yang mengaitkan perubahan sikap politik TGB dengan kondisi politik tertentu. Salah satu pertanyaan paling lazim ditanyakan adalah soal transaksi politik apa yang dilakukan antara Jokowi dan Gubernur NTB tersebut.
Sangat rasional jika perubahan sikap mantan Ketua DPD Demokrat NTB tersebut terkait dengan jabatan. Meski demikian, TGB telah menampik adanya tukar-menukar jabatan tertentu dari sikap politiknya tersebut.