Saya yakin kebanyakan orang muda di zaman ini tak mudah memahami judul tulisan ini melebihi makna yang tersurat. Generasi muda zaman ini memahami Nobody's Child sebatas sebagai bukan anak siapa-siapa alias sebatang kara.
Baiklah saya sampaikan bahwa judul itu juga merupakan satu judul lagu yang cukup lawas bahkan bagi saya di masa muda dulu sekitar tahun 70 an. Karena lagu ini masuk dapur rekaman pertama kali tahun 1949 dan pernah direkam juga dalam cover version oleh Tony Sheridan bersama The Beat Boys (The Beatles) pada tahun 1961. Adalah seorang penyanyi bernama Karen Young membuat lagu ini menjadi hit menduduki singgasana urutan ke 6 di tangga lagu-lagu pop di Inggris pada tahun 1969 (sumber: Wikipedia).
Tak ada yang begitu menarik sebenarnya dengan lagu lawas ini. Dimulai intro gitar yang sederhana dan berirama agak lambat, diikuti vokal yang bagi siapapun yang mengerti bahasa Inggris lisan akan segera menangkap bahwa ia berkisah tentang sebuah pengalaman rohani.
Ya, penuturnya berkisah pengalamannya mampir di satu panti asuhan. Melihat seorang anak lelaki sendirian dan bertanya kenapa padanya. Kepalanya mendongak dan menampakkan matanya yang buta...., dan dia mulai menangis sambil berkata:
Aku bukan anak-siapa-siapa, laksana kembang di padang aku tumbuh sesukaku, tak ada cium mesra seorang ibu tak ada senyuman seorang ayah, tak ada yang menginginkanku karena aku bukan anak siapa-siapa. Orang-orang datang untuk mencari anak-anak untuk dibawa. 'Ku tau mereka sebenarnya tertarik untuk menbawaku, namun begitu tau aku buta mereka selalu membawa anak-anak yang lain dan aku tetap sendiri dan sepi.
Tak ada pelukan lembut seorang ibu atau bujukannya meredakan tangisku. Terkadang sepi begitu menyesak hingga aku mau mati saja. 'Ku akan berjalan menapak tangga surgawi di mana semua orang bisa melihat tanpa terkecuali. Dan sama seperti anak-anak lain, akan ada rumah bagiku.
Lagu ini adalah lagu kesukaan Bapak saya, seorang yang dalam sejarah hidupnya dipenuhi masa pengabdian sebagai pendidik. Dan dialah yang membuat saya juga menyukai lagu ini melalui Ibu saya yang mengatakan bahwa dalam keseharian mereka berdua setelah kami anak-anak mereka telah semuanya menikah memiliki kehidupan sendiri di lingkungan keluarga sendiri, Bapak suka meresapi makna lagu itu yang sering dinyanyikannya sendiri dan mengajak Ibu saya untuk ikut menyanyikannya, dulu waktu Bapak masih hidup. Lagu ini dalam bentuk syair tertulis yang adalah tulisan tangan Bapak almarhum secara khusus ditunjukkan oleh Ibuku beberapa saat setelah pemakaman Bapak tercinta. Saat itulah aku menemukan dalamnya makna syair lagu ini. Bahwa seorang insan buta sesungguhnya tak pernah buta dihadapan Tuhan Semesta Alam. Sekaligus lagu ini menyadarkan setiap insan untuk memandang keindahan surga dan mengarahkan dirinya untuk mencapainya.
Kebetulan Bapak adalah seorang yang ditinggal mati ibunya (nenek saya) di usia cukup muda dan sering berkisah pada kami tentang kepedihan hatinya merindukan sosok ibunya. Namun 'ku yakin, bukan itu yang membuatnya sangat menyukai lagu sederhana dengan melodi yang cenderung datar bahkan secara keseluruhan terkesan berirama lagu anak-anak ini. Bukan anak siapa-siapa adalah simbolisasi sosok orang berdosa.
Bertobatlah dan jadilah layak untuk masuk surga, itu pesan rohaninya.
'Ku menyadari, Bapak telah mengajarku dengan pesan penting ini, dengan caranya sendiri.........
P.S.
Ini link videonya (sumber: Youtube)
http://www.youtube.com/watch?v=bs9Lt1QEyLA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H