Baru-baru ini dalam rangkaian berita teranyar tentang Isis di antaranya disebutkan seorang pemuda Kanada tewas dalam pertempuran bersama Isis. Disebutkan kalau sang pemuda dulunya pindah keyakinan alias mualaf dan setelahnya aktif dalam kegiatan islam di Kanada. Ada juga fotonya, berjambang dan berjanggut lebat ala Arab. Atau saya harus mengatakan itu bukan ala Arab melainkan ala Islam?
Islam memang sedang mengalami sorotan maha kuat sekarang ini. Semua orang tertanya-tanya, apa betul Islam yang murni itu adalah seperti Isis itu sebagaimana diklaim oleh Isis sendiri? Yang mengkafirkan semua orang yang tak sepenuhnya sepaham dengan mereka hingga yang mengaku Islam namun tak sealiran dengan mereka sama saja dengan kafir? Dan karena kafir harus dibunuh dengan dasar hukum syariat?
Fanatisme dalam Islam, juga dalam agama-agama utama di Indonesia dan dunia bukan barang baru. Cukup mengganggu lah. Semisal kalo muslim bertamu ke rumah kita disuguhi minuman tak bersedia meminumnya. Kalau soal ucapan Selamat Natal kita tak terlalu merisaukannya.
Mencermati perkembangan di kawasan Timur Tengah di mana Tuhan konon suka muncul kepada hamba-hambaNya dan memilih nabi-nabi juga dari kawasan itu sungguh miris. Majalah Isis teranyar, Dabiq Issue 7 memunculkan beberapa foto pilot Syria yang dibakar hidup-hidup dengan argument bahwa tindakan itu didasari memberikan hukuman yang setimpal dengan kekejaman sang pilot yang mengebom sasaran-sasaran Isis dalam misi bersama militer koalisi, lengkap dengan dalil berupa ayat-ayat Al Qur'an. Dalam istilah di majalah Dabiq orang yang bersekutu dengan koalisi disebut crusader, satu istilah yang mengesankan bahwa Isis memerankan perangnya sebagai perang antara Islam dengan Kristen. Seperti Perang Salib saja.
Dalam pengamatan saya hampir semua muslim Indonesia mendukung gerakan Isis ini baik secara terang-terangan maupun diam-diam malu-malu. Yang malu-malu mengatakan bahwa pasukan koalisi kewalahan menghadapi Isis. Ya, walaupun fakta memang ada benarnya namun dalam pernyataan itu telah terbaca dukungan halus dan bahwa Isis itu disertai kekuatan supranatural dari Allah.
Tak ada yang tau persis akan kemana akhir gerakan Isis ini. Namun dari kutipan ayat Qur’an dalam majalah Dabiq yang mendasari gerakan mereka memang bertujuan mengislamkan seluruh dunia sesuai tujuan Negara khilafah. Satu yang semakin jelas bagi saya, fanatisme agama itu sungguh nyata dan dengan kemunculan Isis memantapkan pemahaman saya bahwa berbagai aksi terorisme di negeri ini hanyalah segelintir dari skenario besar yang diklaim oleh mereka yang menyebut dirinya sebagai penganut Islam yang murni yang mengimpikan Negara khilafah seluas dunia.
Saya teringat salah seorang Arab yang saya kenal secara sekilas namun terlibat percakapan bermakna dengan saya, bahwa menurutnya lagu-lagu di Indonesia itu sama saja dengan lagu-lagu Barat. Saya pun menghubungkan dengan fakta Isis menghukum anak muda di Arab sana karena memutar lagu-lagu pop Barat. Lalu saya membayangkan dunia di bawah kekuasaan Islam. Semua harus jadi mualaf. Tidak boleh ada lagu selain qasidahan dan irama padang pasir. Tidak boleh ada Starbuck, KFC, McDonald. Padahal, seni itu sangat luas dan multidimensi. Lagu ‘Perdamaian’ berbahasa Indonesia yang berirama padang pasir dapat dianalogikan dengan lagu ‘Imagine’ karya John Lennon misalnya, atau dengan lagu ‘Kami Cinta Pedamaian’ punya Panbers jadul. Ada juga ‘Let’s Get Together’ atau ‘We Are The World’. Ah….. rasanya tak berlebihan kalau ada pihak yang menertawai sikap fanatisme ini seperti Charlie Hebdo, saya tak bisa terlalu jauh menimbang.
Soal Isis sepertinya masih akan mewarnai keseharian dunia di masa mendatang. Bagi mereka itu adalah pencapaian menuju kesempurnaan. Bagi dunia umumnya bisa berarti harus menanggung biaya perang dan menghambat kemajuan peradaban.
Bagi kita, muslim maupun tidak, bagus juga kalau ditanyakan ke kita pertanyaan ‘Seberapa Isis kah Anda?’ untuk menakar fanatisme radikalisme kita. Namun bukan berarti saya mendukung Isis. Karena bagi saya, Isis adalah ancaman bagi kemanusiaan. Nah, kalau Anda berpendirian Isis adalah Islam (apalagi disebut murni), maka kalimatnya menjadi ‘Islam adalah ancaman bagi kemanusiaan’.
So, how Isis are you? Are you Isis-like?
Seberapa Isis kah Anda? Apakah Anda seperti Isis?
Jawabnya ada pada Anda sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H