Mohon tunggu...
Pinky Annisa
Pinky Annisa Mohon Tunggu... -

Menulis dan membaca adalah Candu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Perceraian Tak Berarti Menjadikan Anakmu Seorang Broken Home

8 September 2016   14:54 Diperbarui: 8 September 2016   15:00 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Kasus kekerasan pada anak yang terjadi akhir-akhir ini mayoritas berasal dari mereka anak-anak yang orangtuanya bercerai. Mengapa saya tidak menyebutkan mereka seorang broken home?, karena menurut saya definisi dari broken home itu sendiri berbeda. Broken Home adalah situasi dimana seorang anak yang orangtuanya bercerai dan tidak bahagia. Tidak bahagia dalam artian mereka kurang kasih sayang, perhatian, mendapat tekanan dari kedua orangtua mereka, dan bahkan kekerasan fisik. Namun adapula orangtua yang bisa berdamai dengan egonya. Mungkin mereka bercerai, dan sebentar lagi akan menyandang status “mantan”. 

Namun bagi anak mereka, tidak ada status mantan ayah ataupun mantan ibu. Jika dulu kalian para orangtua memilih menikah dengan embel embel menyatukan cinta, tak bisakah sekarang kalian berpisah tanpa menghancurkan hidup buah cinta kalian sendiri?. Perceraian yang disebabkan oleh orang ketiga akan menambah dampak yang buruk bagi psikis anak. Suami atau istri yang bercerai karena dihianati oleh pasangannya biasanya akan lebih sering merasa kesal, cepat marah dan emosi. 

Setelah itu, anak merekalah yang akan menjadi sasaran emosi. Dimarahi, dibentak, dan bahkan dipukul kerap kali dirasakan oleh sang anak. Tegakah kalian para orangtua, tegakah kalian yang sudah menghancurkan kebahagiaan anak kalian sendiri kini juga ingin melukai psikis dan fisiknya. Mungkin anak kalian hanya bisa diam dan menangis. Tapi taukah kalian,bahwa momen itu akan terus melekat dalam ingatannya, bahkan bisa tumbuh menjadi dendam. Apakah setega itu membiarkan buah hati kalian nan lucu tumbuh dan berakhir menjadi monster. Luka fisik bisa terobati, tapi luka hati siapa tahu. 

Anak-anak yang tumbuh tanpa kasih sayang yang utuh biasanya akan tumbuh menjadi anak yang pemarah, egois, dan cenderung nakal. Anak-anak yang kurang kasih sayang sebenarnya sama sekali tak memiliki niat sejahat itu, mereka hanya ingin mencari perhatian dari orang-orang sekitarnya. Perhatian yang selama ini tak utuh dia dapatkan. Memang tak ada satupun manusia yang menikah dan ingin berakhir dengan sebuah perceraian, namun takdir Tuhanlah yang membawa mereka ke garis itu. 

Kalian boleh berpisah,tapi jangan pernah biarkan buah hatimu merasakan perpisahanmu dengan pasanganmu, jangan biarkan kasih sayangmu dan pasanganmu berkurang untuknya. Perceraian hanya akan memisahkan status suami dan istri tapi tidak dapat memisahkan status ayah dan ibu untuk buah hatimu. Berdamailah dengan egomu, dengan luka di hatimu. Berpisahlah jika kalian rasa itu akan menjadikan situasi lebih baik, namun berikan sebuah pengertian pada buah hatimu untuk memahami perpisahan ini.

Berdamailah dengan mantan pasanganmu, biarkan buah hatimu tumbuh dengan kasih sayang kalian berdua. Jadikanlah dia anak yang hebat, Karena broken home tak berarti broken hope. Harapan selalu tumbuh di hati setiap Anak.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun