Mohon tunggu...
BaBe
BaBe Mohon Tunggu... Supir - Saya masih belajar dengan cara membaca dan menulis.

Banyak hal menggelitik di dunia ini yang pantas dikupas!

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Polemik Lahan Rel di Lampung

31 Oktober 2018   09:47 Diperbarui: 31 Oktober 2018   10:17 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka yang terjun di dunia politik di negeri ini tidak semuanya orang yang punya kapasitas cukup, baik dalam berpikir maupun berbuat. Kadang ada juga orang yang hanya beruntung, atau sebut saya nasib yang menjadikan dia menjadi politisi.

Beberapa mereka yang cukup tangguh adalah para politisi yang tercipta sejak masih muda karena mengikuti banyak kegiatan organisasi. Ada pula politisi yang terjun karena mereka kaya terlebih dahulu, sehingga namanya cukup dipandang dan saat maju sudah terkenal terlebih dahulu.

Dalam kesempatan lain kita bisa melihat beberapa politisi yang berasal dari grass root. Baik yang dulunya hanya sekedar tukang parkir, preman pasar, dan petualang-petualang kehidupan lainnya. 

Hanya bermodalkan banyak massa, mereka bangkit dan mencoba berkiprah dalam dunia politik. Ini tentu akan menjadi lucu dan menarik saat mereka yang sempat menduduki posisi anggota dewan / legislatif, dan harus ikut sidang untuk membuat undang-undang. Sering kita jumpai mereka tidur di ruang sidang, atau melakukan aktifitas tidak produktif lainnya. Ini terjadi karena mental mereka bukan pengabdian, tetapi pencarian.

Mereka yang mengabdi sebagai wakil rakyat tentu akan dengan semangat dan menjalankan tugas sepenuh hati. Sedang mereka yang mencari sebagai wakil rakyat akan menjalankan tugas dengans seadanya, yang penting hadir rapat, meskipun tidak pernah mengusulkan sesuatu. Golongan pencari ini bisa dikategorikan hidup segan mati tak mau, yang penting terima gaji dan fasilitas.

Ada juga politisi yang mencari peruntungan dengan coba-coba, semua karena faktor kedekatan. Hal ini kebanyakan diisi oleh pengusaha. Kita sering melihat pengusaha yang menjadi politikus dan berujung dengan meringkuk di penjara karena kena OTT (operasi tangkap tangan) oleh KPK (Komite Pemberantasan Korupsi). 

Politisi-politisi seperti ini tergolong rakus, dalam memutuskan sesuatu mereka cenderung mengedepankan ego sektoral. Di mana mereka akan mencari keuntungan untuk diri sendiri atau kelompoknya. Mereka tidak peduli dengan benar atau tidak secara hukum, tetapi untung atau tidak untuk kelompok mereka.

Banyak juga politisi yang begitu kencangnya mereka teriak-teriak, tetapi logika dan kenegaraannya tidak ada, atau bisa dibilang nol. Kita sering melihat politisi dari Senayan yang teriak kencang di media atau media sosial seolah-olah mereka benar, padahal apa yang dia sampaikan sungguh bertolak belakang dari fakta yang ada.

Tidak semua politisi yang vocal punya kemampuan dalam berpikir dengan baik, bahkan sebagian dari mereka bisa dibilang cukup bodoh, tapi mereka tetap bertengger dan mondar mandir di Senayan karena banyak koneksi / kedekatan dengan pejabat lainnya.

Salah satu yang bisa kita lihat adalah senator asal Lampung, sebut saja Andi Surya. Sang kutu loncat, yang kadang kita cukup heran kenapa dia bisa etrpilih menjadi anggota DPD dari Lampung, padahal secara kepintaran dia termasuk tidak pintar. Tetapi kalau secara kaya dan beruntung mungkin dia ada di posisi tersebut.

Disebut dia tidak pintar karena dia seringkali mengeluarkan pendapat yang sangat konyol, dan tidak menggunakan logika. Contoh terakhir pendapat Dia dalam media Lampungpro dot com, dengan judul Senator Lampung Andi Surya Tegaskan PT KAI tak Berwenang Mengatur Lahan Rel, ini sebuah pendapat yang bodoh, mungkin karena keterbatasan ilmunya, atau memang dia tidak mau tahu.

Kita bisa melihat contoh dari BUMN lainnya, misalnya PLN, mereka mengatur lahan mereka untuk digunakan sebaik-baiknya sesuai aturan yang ada diperusahaan tersebut. 

Demikian juga Pertamina, mereka mengatur lahan yang mereka miliki dan pakai. Juga Pelindo, Angkasa Pura, Perkenbunan Nasional, mereka diberi hak mengatur lahan milik mereka, mengatur, menjaga dan menggunakannya secara produktif, ini dikarenakan mereka adalah BUMN (Badan Usaha Milik Negara).

Lalu bisa Andi Surya berpendapat lahan rel tidak diatur oleh PT KAI, lalu diserahkan pihak lain, tentu akan jadi lucu bila sewaktu-waktu lahan digunakan untuk kepentingan lain, hal yang jelas tidak masuk akal. Sepertinya Andi Surya tidak menggunkan logika dalam berpikir, tetapi lebih mengedepankan emosi, atau ego sektoral untuk kepentingan kelompok dia.

Mau seperti apakah negeri ini bila orang seperti Andi Surya dipilih menjadi senator? Atau memang sengaja dia dipilih jadi senator agar kita bisa melihat ada contoh senator yang bodoh tapi menjabat?

Entahlah, Wallahu a'lam.

Jakarta, Akhir Oktober 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun