NAMA Â : Pingky Sintya Devi
        : Pemerhati PAUD dari UINSA
Toleransi adalah fondasi penting dalam membangun karakter anak usia 5 tahun. Ketika berinteraksi dengan teman yang berbeda latar belakang, anak-anak yang telah dikenalkan nilai toleransi ia lebih bisa  mengerti artinya saling berbagi, saling bergantian, dan mudah menyelesaikan masalah bersama. Misalnya, ketika bermain bersama, mereka akan menghargai terhadap ide teman dan tidak mudah marah ketika idenya tidak sama antara yang satu dengan yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa penanaman nilai toleransi sejak dini dapat menciptakan lingkungan sosial yang selaras  dan dapat menambah pemahaman anak tentang keberagaman yang pasti dimiliki oleh setiap orang.
Selain orang tua yang menjadi figur utama anak, tolerasi didapat di keseharian anak, karena anak tidak harus belajar dirumah, mereka juga perlu dan akan berinteraksi dengan teman sebaya mereka, yang pastinya berasal dari berbagai latar belakang budaya dan agama dalam cara pandang akan bermain. Nah kali ini observasi saya menunjukkan bahwa anak usia 5 tahun sudah bisa menunjukkan sikap saling menghargai, bisa dilihat ketika ia mampu  berbagi mainan dan bergantian mainan saat bermain bersama teman sebayanya. Bahkan, ketika terdapat perbedaan ide, mereka mampu mengungkapkan satu sama lain dan mencari solusi bersama, atau dengan menunjukkan rasa toleransi yang mereka milki, hal ini mengindikasikan pemahaman mereka akan pentingnya menghargai perbedaan. Melalui kegiatan bermain akan menumbuhkan rasa toleransi mereka kepada sesama teman mereka, kegiatan yang bisa menunjungkang pemahaman mereka akan pentingnya tolerasi bisa dibangun melalui dongeng moral dan aktivitas kelompok bermain sederhana,  disini anak-anak tidak hanya belajar tentang toleransi, tetapi juga bisa membangun pondasi untuk menjadi anggota masyarakat yang akan menghargai modernisasi dikemudian hari.
Teori yang relevan dengan pengembangan nilai toleransi sebagai nilai moral agama pada anak usia 5 tahun adalah Teori Belajar Sosial oleh Albert Bandura, ya Alberd Bandura sendiri menekankan bahwa anak belajar melalui observasi dan peniruan perilaku orang di sekitarnya. Dalam konteks ini, jika anak-anak melihat contoh perilaku toleransi dari orang tuanya dan teman sebaya nya, anak akan belajar tentang tolerasi dari apa yang mereka lihat sebagai figur. Jadi dari sini orang tua lah yang sangat berperan penting dalam hal membangun sikap moral berupa toleransi, baru yang selanjutnya adalah lingkungan disekitar anak usia dini tersebut, misalya teman sebaya mereka.
Betapa pentingnya tolerasi juga dibahas dalam perspektif Islam, Al-Quran menekankan pentingnya toleransi dan saling menghargai, seperti yang tercantum dalam Surah Al-Hujurat (49:13) yang menyatakan bahwa manusia diciptakan dari berbagai suku dan bangsa agar saling mengenal. Pengajaran nilai-nilai toleransi kepada anak-anak dapat melalui cerita-cerita dalam Al-Quran, yang menggambarkan perilaku para Nabi dan umat yang saling menghargai, dapat menjadi landasan moral yang kuat.
Dengan mengintegrasikan teori belajar sosial Bandura dan ajaran Al-Quran, anak-anak tidak hanya belajar tentang pentingnya toleransi, tetapi juga menginternalisasi nilai-nilai agama dalam interaksi sosial mereka sehari-hari.
Metode pembiasaan sebagai bagian penting untuk mengembangkan nilai toleransi yang mengajarkan anak akan pendidikan moral agama. Selain itu sering seringlah membuat pertanyaan terbuka dapat membantu anak-anak memahami pentingnya saling menghargai. Metode-metode ini, perlu kita terapkan atau ajarkan secara konsisten
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H