Mohon tunggu...
Pingkan Hendrayana
Pingkan Hendrayana Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan

Menyukai dunia organisasi dan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Beban, Target dan Pengalaman

6 Januari 2024   08:32 Diperbarui: 6 Januari 2024   08:52 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Banyak cara yang dapat dilakukan oleh seseorang untuk sejenak tertawa lepas dan meninggalkan semua masalah yang sedang dialaminya. Karena kita sadar bahwa tidak ada orang di dunia ini yang tidak memiliki masalah. Beberapa orang pernah sambil bersenda gurau mengatakan bahwa orang gila tidak memiliki beban masalah, namun ungkapan itu belum tentu benar. Mungkin juga orang gila memiliki beban masalah layaknya orang normal atau bahkan lebih.

Beban masalah dalam hidup memang cenderung bersifat subjektif. Artinya tergantung siapa yang merasakannya. Ada kalanya orang tertentu merasakan beban masalah dalam hidupnya sangat berat, namun menurut orang lain hanya biasa saja. Karena mungkin orang yang mengatakan biasa saja sudah pernah merasakan yang lebih berat dari yang pernah dirasakan oleh orang lain. Misalkan bagi pelajar menganggap tugas itu menjadi beban, mahasiswa menganggap biaya kuliah menjadi beban, pemuda menganggap pekerjaan menjadi beban, orang tua menganggap biaya hidup menjadi beban dan lain sebagainya. Jika beban itu dibalik, subjektifitasnya akan kelihatan.

Berbicara beban masalah dalam hidup tidak dapat lepas dari sebuah pengalaman. Semakin seseorang sering mengalami beban hidup dengan berbagai tingkatan, semakin pula orang itu memiliki banyak pengalaman. Sehingga jika nantinya menghadapi beban hidup yang lagi-lagi menurut orang lain berat, kita akan merasakan biasa saja atau bahkan lebih ringan karena sudah memiliki banyak pengalaman dalam menghadapinya.

Tapi semua itu kembali pada bagaimana seseorang menyikapi dan "mengelola" beban masalah hidupnya masing-masing. Apakah kita perlu lari dan menjauh dari beban permasalahan? Mungkin itu bukan solusi. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh seseorang untuk menghadapi beban permasalahan yang dialaminya. Yang pertama dengan memanfaatkan hobi. Kita harus mengingat kembali apa hobi yang kita miliki. Kadang kita tidak sadar bahwa sebenarnya Tuhan memberikan anugerah yang sangat besar kepada kita dengan memberikan hobi. Karena tidak ada manusia yang mampu memberikan hobi kepada kita, kalau sekedar pembiasaan mungkin iya. Hobi berasal dari dalam diri seseorang yang langsung diturunkan oleh Tuhan. Dan bahkan banyak orang yang mengatakan hobi tidak dapat diwakilkan. Jika seseorang melakukan hobi itu, secara tidak sadar dia akan terbawa alur untuk menikmatinya dengan penuh perasaan senang dan lupa dengan masalah yang dialaminya. Misalkan hobi memancing, bermain sepak bola, bermain musik, membaca, menulis dan lain sebagainya. Tapi, bukan berarti jika kita melihat orang yang melakukan hobi langsung kita simpulkan bahwa orang itu memiliki beban permasalahan.

Yang kedua dengan memanfaatkan media curah masalah. Kadang ada orang yang memiliki masalah dalam hidupnya tapi bingung ke mana harus berbagi. Bukan berbagi masalah, tapi berbagi cerita. Banyak tempat untuk menuangkan sebagian atau bahkan seluruh cerita beban masalahnya. Diantaranya, jika kita memang percaya kepada orang lain boleh lah kita berbagi cerita dengan sesama, tapi dengan catatan harus memang benar-benar dengan orang yang dapat dipercaya. Karena jika tidak, maka akan dapat menimbulkan permasalahan baru. Namun, jika sulit mendapatkannya, kita dapat memanfaatkan media benda mati berupa kertas dan bolpoin. Kita ceritakan semua yang kita rasakan pada "mereka". Biarkan benda mati itu menjadi saksi betapa berat atau ringannya masalah yang pernah kita hadapi. Sehingga suatu ketika kita dapat melihatnya kembali dan sejenak bernostalgia dengan masalah yang pernah kita rasa, bukan untuk kembali pada masalahnya tapi jika memungkinkan kita ubah coretan curah masalah itu menjadi sesuatu yang produktif yang bersifat positif.

Yang ketiga dengan mengubah mindset terhadap masalah yang kita alami. Jika awalnya kita menganggap bahwa masalah yang kita alami sebagai beban, maka secara perlahan kita harus ubah menjadi target. Hal ini memang sulit, namun dengan niat dan tekad yang kuat maka tidak ada yang tidak mungkin. Mengubah beban menjadi target adalah sesuatu yang positif. Artinya dengan kita mengubah beban menjadi target, secara tidak langsung ada keinginan untuk menemukan solusi penyelesaian masalah yang tumbuh dalam diri. Amunisi inilah yang sangat dibutuhkan saat kita terbentur pada sebuah permasalahan yang menjadi beban. Ketika amunisi ini sudah tumbuh dalam diri kita, kita tinggal menyiram dan memupuknya hingga bersemai dan berbunga yang pada akhirnya mampu menghiasi kehidupan kita menjadi lebih indah dan benar-benar dapat merasakan kebahagiaan yang nyata.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun