Mohon tunggu...
Pingkan Hendrayana
Pingkan Hendrayana Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan

Menyukai dunia organisasi dan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Masihkah Angka Menjadi Patokan Utama?

21 Februari 2023   12:13 Diperbarui: 21 Februari 2023   12:19 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak ajaran yang telah ditelurkan oleh seorang tokoh besar pendidikan Indonesia, salah satunya Ki Hadjar Dewantara. Ajaran beliau hari ini sangat dirindukan mengingat sesuai dengan perkembangan zaman masih sangat relevan untuk diimplementasikan menuju kesuksesan.

Setiap anak telah dianugerahi potensi yang luar biasa sejak lahir. Mereka memiliki kemampuan dasar yang akan membawanya mengarungi kehidupan yang nyata. Sehingga dalam prosesnya, orang-orang yang bersentuhan langsung dengannya khususnya pendidik dalam dunia pendidikan memiliki tugas untuk menuntun dan mengarahkan agar potensi yang dimiliki dapat terasah dengan baik.

Setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda sesuai dengan potensinya. Seorang pendidik yang bijak sudah selayaknya memberikan perlakuan yang berbeda pula sehingga hasilnya pun juga sangat berpeluang untuk tidak sama sesuai dengan kemampuan dasar yang dimilikinya.

Tapi, sering kali kita dihadapkan pada pemikiran bahwa angka adalah segalanya, dan penyeragaman menjadi kunci dari semuanya. Kadang kita mencoba untuk berontak dari kenyataan, tapi lagi-lagi hal yang terkesan sama telah meruntuhkannya.

Rasa untuk tidak percaya pada diri sendiri kadang masih terus tumbuh subur. Terlebih jika kepercayaan diri itu bertentangan dengan kesamaan pemikiran dan kenyamanan. Sehingga kebenaran yang tertanam pada diri kita meredup kembali secara perlahan.

Namun, akhir-akhir ini muncul semburat sinar ajaran Ki Hadjar Dewantara yang mulai berhembus kembali. Salah satunya adalah konsep siswa bukanlah tabula rasa. Siswa bukanlah ibarat kertas kosong. Tapi siswa sama dengan kertas yang sudah memiliki garis-garis samar. Seorang pendidik memiliki tugas untuk menuntun dan menebalkan garis samar yang akan membawanya menuju sukses di masa depan.

Berbeda bukanlah berarti keliru. Berbeda untuk menuju kebenaran mutlak harus dilakukan. Butuh keberanian untuk bertindak, butuh keberanian untuk bergerak. Pemikiran tokoh besar pendidikan telah menuntun dan mengobarkan semangat kita untuk mencoba dan tidak hanya sekedar mencoba.

Ini adalah sebuah tantangan. Bagaimana keberanian kita tumbuh untuk mendobrak dan membuka tabir bahwa setiap anak memiliki potensi berbeda yang siap untuk diasah.

Saatnya kita benar-benar berada di antara mereka. Belajar bersama, saling memahami potensi dan bersama-sama pula membuka jalan menuju kesuksesesan. Sekali lagi, hanya sebuah keberanian untuk bergerak bersamalah yang mampu meruntuhkan pemikiran bahwa angka adalah segalanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun