Covid-19 yang melanda Indonesia tepatnya di era modern saat ini  membuat jumlah pengguna internet meningkat. Terlebih pada produk gadget, dimana anak-anak menjadi sasaran utama target pasar mereka. Sehingga saat ini gadget menjadi barang yang sulit dilepaskan oleh anak. Perilaku ini disebut kecanduan atau screen dependency disorder (gangguan ketergantungan pada layar gadget) atau SDD. Diketahui potensi SDD terhadap anak dapat merusak otak jika dibiarkan terlalu lama menatap layar gadget.
Dikutip dari Komisioner KPAI kabupaten Cianjur, Cep Junjun Guntara dalam PAKARONLINE (19/12/21) menjelaskan bahwa penggunaan gadget terlalu lama dan berlebih pada menggunakan media sosial dapat menyebabkan tidak sedikit memberikan dampak buruk. Menurut analisisnya penggunaan gadget pada pandemi presentasenya melejit tajam.
Mengingat saat ini kita hidup di zaman milenial. Dimana gadet menjadi teknologi populer pada zaman modern terkhusus pada anak-anak, sehingga kerap disebut sebagai anak milenial, yaitu anak yang update dan mengikuti trend di zamannya.
Membahas mengenai kenakalan anak milenial terkhusus dimedia sosial yang tidak asing lagi sering kita dengarkan di era globalisasi ini. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang semakin maju membuat anak menjadi diperbudak gadget untuk mendukung aktivitas-aktivitasnya. Dimana yang seharusnya gadget digunakan untuk mendukung aktivitas positif pada anak tetapi anak justru menyalahgunakannya dengan memanfaatkan kesempatan penggunaan gadget untuk hal negatif.
Perlu diketahui, keinginan anak mempunyai gadget dengan beralasan untuk menunjang kegiatan belajar sekolah, itu menjadi alasan kuat anak pada orang tua sehingga orang tua akan percaya, mengerti dan akhirnya membelikan gadget pribadi untuk anak. Hal ini menjadi kesempatan besar anak dalam memanfaatkan gadget. Namun, pada kenyataannya kebanyakan anak, gadget dimanfaatkan tidak lebih banyak untuk pembelajaran di sekolah.
Dikalangan anak, penggunaan media sosial sangat berpengaruh terhadap pola kehidupannya. Kemunculan trend-trend baru, Â munculnya beberapa aplikasi baru dan kecanggihan gadget yang dapat mengakses pencarian segala sesuatu yang mereka gunakan untuk mengelola media sosial dengan menyimpang, misalnya bermain game online yang mereka mainkan sampai lupa waktu , bermain dan menonton tiktok, menonton situs-situs porno, menyebarkan kebencian antara anak pengguna medsos satu dengan yang lain terlebih tidak saling kenal, menyebarkan berita bohong (hoax), mencari perhatian dengan mengikuti trend negatif di media sosial, berkomunikasi melalui medsos dengan perkataan dan pembahasan yang tidak bijak dan kelewatan.
Perlu digaris bawahi, penggunaan gadget secara over time pada anak dapat menyebabkan kenakalan dan hilangnya moral anak. Karena anak yang over time dengan gadget dan menyalahgunakannya mereka terbilang "Dewasa sebelum waktunya" sebuah ungkapan yang menggambarkan anak zaman milenial. Bagaimana tidak? Mereka secara langsung telah mengubah dunia mereka sendiri dengan penggunaan gadget yang tidak terkontrol dan secara terus menerus sampai mereka lupa waktu makan, mandi, sholat, membantu orang tua, bersosialisasi dengan keluarga maupun tetangga dan lupa akan belajar.
Kurangnya anak dalam melakukan kewajibannya karena penggunaan gadget membuat kenakalan yang berakibat buruk bagi dirinya maupun lingkungan sekitar. Dimana anak zaman sekarang yang berketergantungan pada gedget mereka akan berperilaku sulit bahkan tidak mempunyai etika dan membantah ketika bersama orang yang lebih tua maupun ketika bersama orang lain, jika berbicara banyak menggunakan kata-kata tidak santun, berperilaku dan bersikap banyak tingkah (negatif), berpacaran dan menggunakan pakaian yang tidak beraturan (haram).
Kenakalan tersebut sampai-sampai mereka bisa lakukan saat sekolah, Mengaji dan dikeseharian mereka ketika bersama teman, orang lain hingga keluarga mereka sendiri. Namun terkadang orang tua tidak mengetahui kenakalan anaknya ketika diluar rumah. Disebabkan kepercayaan orang tua  pada anak yang berlebih, karena anak yang berhasil membuat alasan kuat terkait penggunaan gadgetnya untuk pembelajaran, sehingga saat dirumah anak tidak banyak beraktivitas dan banyak menggunakan waktunya untuk gadget, yang mana orang tua mengira bahwa anaknya menggunakan gadget untuk pembelajaran namun kenyataannya tidak.