BAB VIII
Semakin mendekati hari Sabtu, semakin sibuk para pengurus OSIS dan pengurus ekskul. Ada tiga ekskul yang akan mengadakan pelantikan anggotanya Sabtu ini, sisanya memilih hari lain. Jika pengurus ekskul sibuk menjelang hari pelantikan, maka Wira lebih sibuk dari siapapun. Sebagai ketua OSIS tentu saja dia diharap selalu hadir di tiap-tiap persiapan dan acara pelantikan.
Humairah menikmati saat-saat sekolahnya sedang disibukkan oleh suatu kegiatan. Wajah-wajah tegang beberapa temannya menjadi hiburan tersendiri untuknya. Bukan hanya para siswanya, beberapa guru juga ada yang terlibat dengan kegiatan tersebut. Walaupun sang guru tetap mengajar, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa beberapa kali beliau terlambat masuk kelas sebelum pelajaran dimulai.
Hari ini Wira dan Doni sama-sama ijin dari kelas. Nanti sore acara pembukaan pelantikan dimulai, wajar jika dua orang ini sudah absen duluan sejak pagi.
Bukan hanya para pengurus yang sibuk, May juga sedang sibuk menenangkan jantungnya. Walaupun tidak ikut dilantik, tapi malam ini May akan ikut serta dalam kegiatan ini. Penantian ini membuat May deg-degan. Dia sudah membayangkan akan memberi kejutan kepada Wira. Dia sudah membayangkan ekspresi wajah Wira yang kaget melihat kedatangannya.
Bel istirahat berbunyi. May bergegas keluar kelas dan mencari Doni. May perlu berbicara dengan Doni untuk rencananya datang ke sekolahan nanti sore.
Dari beberapa kantin yang dia datangi, tak satupun terlihat sosok Doni di sana. May juga mencari ke lapangan utama juga lapangan voli, namun Doni tetap tidak ada. May terus mencari, tapi malah yang muncul adalah Wira.
“Kemana May? Kok nggak jadi masuk ke kantinnya?” tanya Wira yang sudah sampai di depan Humairah.
“Eh, itu.. mau.. mau makan tapi malah pengen pipis. Hehehe.” Jawab May tergagap. “Hmmm... dari mana kamu? Dari ruang OSIS ya?”
“Enggak. Aku dari basecamp anak-anak PA. Ngecek kesiapan mereka semua. Capek banget. Hari ini kerja dua kali.” Jawab Wira.
“Kerja dua kali gimana?”
“Ada tambahan. Ekskul drumband memutuskan buat ikut pelantikan malam ini juga. Jadi ya serba repot.” Kata Wira menjelaskan.
“Jadi ada empat ekskul yang malam ini nginep sekolahan?”
“Iya. Ya nggak apa-apa sih. Malah bagus jadi lebih rame.” Kata Wira sambil tersenyum. “Kamu mau kemana? Mau aku temenin?”
“Eh enggak, enggak usah. Aku mau ke toilet kok.”
“Oh ya udah, aku juga mau ke kantin. Beberapa konsumsi buat nanti malam pesen di sana soalnya. Aku ke sana dulu ya May, mau nambah porsi soalnya.” Pamit Wira kepada May.
May membalas senyuman Wira. Diperhatikannya Wira mulai menjauh darinya. Humairah bergegas mencari Doni lagi. Kali ini May tahu harus kemana.
May sudah cukup mengenal lingkungan sekolahannya ini, namun tidak semua sudut pernah dia datangi. Termasuk salah satunya adalah basecamp anak-anak Pecinta Alam. Basecamp anak PA bersebelahan dengan basecamp anak-anak Paskibraka. Dua ekskul ini nanti malam akan bersama-sama melantik anggota barunya.
Dari kejauhan sudah terlihat kedua basecamp ini ramai oleh para siswa. May ragu-ragu untuk mendekat. Namun mengingat rencananya nanti malam, May memberanikandiri untuk mendekati lokasi tujuannya. Ada beberapa teman yang dia kenal ada di sana.
“Hai May, ngapain?” tanya Nana yang menjadi salah satu pengurus ekskul Paskibraka. “Ada perlu? Tumben ke sini?”
“Ehm... Kamu ikut ekskul apa Na?” tanya May.
“Aku ikut Paskib. Kenapa?” tanya Nana penasaran.
“Siapa Na?” tanya seorang cewek cantik yang tiba-tiba muncul.
“Oh, ini temen sekelasku Ki.” Jawab Nana. “May, ini kenalin. Namanya Kiki, anak Paskib juga. Ki, ini Humairah.” Kata Nana memperkenalkan diri.
“Oh anak baru itu ya?” tebak Kiki.
May mengangguk mendengar pertanyaan Kiki. Tanpa disadari, May menganalisis sifat Kiki dari penampilannya.
Kiki memiliki tinggi badan yang lumayan, bahkan melebihi tingginya, pantas saja bisa bergabung di tim Paskibraka sekolah. Wajahnya cantik, kulitnya kuning langsat terawat, rambutnya dikuncir kuda dan agak pirang. Secara keseluruhan Kiki cantik, tapi ada kesan jutek di wajahnya. May menebak mungkin karena dia memiliki dagu yang lancip makanya terkesan jutek. Tapi sejak kapan ya perempuan berdagu lancip itu terlihat jutek? May jadi bingungsendiri.
“Ada perlu?” tanya Kiki.
“Eh, sebenernya aku ke sini mau cari...”
“Cari Wira?” tanya Kiki. “Wira udah pergi dari tadi. Ada apa cari Wira?”
“Eh bukan kok bukan. Aku ke sini mau cari Doni.” Jawab May cepat. “Lihat Doni nggak ya?”
“Doni? Doni siapa?” tanya Kiki dengan wajah jutek.
“Doni temen sekelas kita May?” tanya Nana.
“Iya. Lihat nggak Na?”
“Ada di dalem. Masuk aja.” Kata Nana sambil menunjukkan pintu masuk.
“Hmmm... boleh minta tolong nggak Na, panggilin dong. Aku nggak enak kalau masuk ke ruangannya.” Kata May malu-malu.
“Kamu kalau ada urusan ya masuk aja sendiri, kok ya nyuruh-nyuruh. Ayo Na.” Kiki pun menarik Nana masuk ke ruangan ekskul Paskibraka.
“Bentar Ki bentar. Aku panggilin Doni dulu ya, bentar kok.” May bernafas legas, ternyata Nana nggak ikut-ikutan jutek seperti Kiki.
Nana masuk ke ruangan anak-anak PA. Tidak lama kemudian Nana sudah keluar bersama Doni. Wajah Doni saat itu tampak lelah, namun seketika tersenyum senang melihat kedatangan May di depan ruangannya.
“Akrab juga kamu Don sama dia?” Tanya Kiki tanpa basa-basi.
“Ya iyalah. Dia kan nona cantikku.” Jawab Doni cuek.
Kiki mencibir ke arah Humairah saat mendengar jawaban Doni, lalu dia berlalu kembali ke dalam ruangannya diikuti oleh Nana.
“Makasih Na.” Nana hanya melambai kecil kepada May.
“Ada apa, kok tumben ke sini?” tanya Doni tanpa menyembunyikan kegembiraannya.
“Eh, Kiki itu kelas apa sih? Kok aku belum pernah lihat ya Don?”
“Oh, Kiki itu anak IPA. Makanya kamu nggak pernah lihat. Sekretaris OSIS juga dia. Ada apa? Kamu dijutekin dia ya?” tanya Doni.
“Nggak juga sih. Eh, tapi diamemang jutek ya Don?”
“Hahaha. Udah ah, ngapain juga bahas Kiki.” Jawan Doni. “Kamu ngapain cariin aku? Kangen ya?”
“Haduh Don, pede banget sih. Aku ke sini mau nanyain tentang nantimalam.” Kata May mengutarakan maksud dan tujuannya.”
“Maksudnya?”
“Aduh Doniiiii. Kan kamu janji katanya mau jemput aku. Jadi nggak?” May mulai kesal. “Nggak jadi ya?”
“Oh, masalah ikut kegiatan pelantikan ekskul nanti malam?” Doni berfikir sejenak. “Aku pasti jemput, tapi abis Maghrib ya.”
“Nggak sore aja?”
“Kalau sore kayaknya aku masih harus ngurusin anak-anak deh May. Abis Maghrib aja ya?” tawar Doni. “Rumah kamu dimana? Nanti tulisin alamatnya ya.”
May akhirnya setuju dengan kesepakatan mereka berdua. Diapun kembali ke kelas setelah mendapat kepastian dari Doni.
Pelajaran kembali berlangsung normal. Kali ini semua siswa di kelas May lengkap. Semua urusan untuk pelantikan nanti malam sudah beres, tinggal eksekusinya saja.
May menjalani sisa harinya di sekolah dengan semangat penantian yang menggebu-gebu. Dia tahu sikapnya konyol. Tidak pernah dia bayangkan sebelumnya kalau harus berurusan dengan perasaan yang seperti ini. Apalagi saat ini dia sedang memperjuangkan seseorang. Mimpinya di Jakarta dulu adalah pacaran dengan laki-laki yang memang menginginkannya, bukan malah sebaliknya seperti yang sedang terjadi saat ini. Namun terlepas dari siapa yang mengejar cintanya, May menikmati proses jatuh cinta yang dialaminya kini.
Sepulangnya dari sekolah, May langsung mempersiapkan baju untuk acaranya nanti malam. Dengan raut wajah penuh senyuman, May mulai memilih pakaian yang tepat untuk dikenakannya.
Iqbal yang tahu kelakuan ajaib kakaknya tak membuang-buang waktu untuk menggodanya.
“Kak, heboh bener sih. Pakai baju yang ada ajalah kak, ngapain pake bongkar lemari sih.” May diam saja menanggapi ocehan adiknya.
“Kak. Kak May, denger aku nggak sih?” Humairah tetap diam. “Aneh, acaranya kan malem tuh. Gelap, mana ada yang lihat kakak mau pake baju apaan. Hihihi. Buang-buang waktu aja sih kak kamu ini. Mending tidur, kan nanti malam kakak nggak bakal bisa tidur.”
“Heh? Siapa bilang nanti malam nggak tidur?” tanya Humairah kaget. “Lho, memangnya pelantikan itu nggak boleh tidur ya dek?”
“Hahaha. Jadi kakak nggak tahu?” May hanya menggeleng-gelengkan kepalatanda tidak tahu. “Ya ampun kak, emang kak Wira nggak cerita ya?”
“Kamu tahu dari mana kalau nggak boleh tidur?”
“Kata Rena.” Jawab Iqbal singkat.
“Rena ikut pelantikan nanti malam?”
“Rena ikut ekskul Paduan Suara, tapi nggak tahu pelantikannya kapan. Kalau kata Rena sih, pelantikan itu biasanya memang nggak pake acara bobok bersama.” Dengan sangat meyakinkan, Iqbal menghasut kakaknya. “Jadi setelah sore mereka menerima materi, malemnya setelah shalat Isyak ya mereka materi lagi kak. Mereka boleh istirahat sejenak ketika menjelang larutmalam, tapi ya cuma sebentar karena dini harinya mereka harus menjalani tes yang sesungguhnya.”
“Eh, tapi kan aku nggak ikut dilantik. Ya aku boleh istirahat dong.” Sela Humairah.
“Ya emangnya kakak mau tidur dimana sih kak? Mau tidur sendirian? Kan semuanya pada sibuk ngurusin tugasnya masing-masing. Kalaupun kakak boleh tidur, kakak mau rebahan dimana hayo?” Dan pancingan Iqbal berhasil, May kebingungan setelah mendengar penjelasan Iqbal.
Setelah berhasil menghasut kakaknya, Iqbal keluar dari kamar Humairah. Ekspresi wajah Iqbal sangat puas. Sebenarnya Iqbal sendiri tidak tahu bagaimana jalannya kegiatan pelantikan ini. Dia hanya mengarang cerita saja. Menurutnya kegiatan seperti ini sama seperti persami. Iqbal memutuskan untuk tidur siang.
Sementara May sepeninggal Iqbal bergegas menyiapkan segala yang dia butuhkan untuk acara nanti malam. Setelah semua siap, May pun pergi tidur. May percaya begitu saja dengan cerita Iqbal.
***
“Mana temanmu May? Belum datang?” tanya mama.
“Belum ma. Aku juga baru bangun ini, belum mandi.” Jawab May sambil menguap. “Mama lagi ngapain?”
“Ini lagi nyiapin makanan. Nanti malam kan nenekmu, tante dan om kamu makan sama-sama di sini. Ada Rena juga.” Jawab Mamanya.
“Hah? Ada acara apa ma? Kok aku nggak tahu sih? Tahu gitu aku nggak janjian kan sama temen ma.” Kata Maykecewa.
“Nggak apa-apa, cuma makan-makan biasa May.” Kata mama. “Kamu cepet mandi, udah siap semua barang yang mau dibawa nanti? Selimut, jaket, kaos kaki sama minyak kayu putih jangan ketinggalan.”
“Ya mama, kan bukan mau kemah ma.” Sela Humairah.
“Ya kalau nggak mau bawa selimut, bawa jaketlah May. Masuk angin lho kamu nanti. Cuaca juga lagi nggak beres gini. Bentar panas, bentar berangin.”
“Iya mamaku sayang.” Jawab May sambil berlalu menuju kamar mandi.
Seusai shalat Maghrib, May menuju meja makan. Di sana sudah ada mama dan nenek yang sedang sibuk menyiapkan makan malam.
“Ma, aku kayaknya nggak ikut makan deh. Temenku mau jemput soalnya.” Kata Humairah.
“Kamu mau ke sekolahan ya?” tanya nenek.
“Iya nek, udah janjian sama temen. Kan nggak enak kalau dia nungguin aku makan dulu.”
“Ya temannya diajak makan sama-sama tho nduk.” Kata nenek lagi.
“Kasihan nek, dia ketua ekskul soalnya. Jadi harus buru-buru kembali ke sekolahan.” Jawab May.
“Cieeee....si kakak nih hebat, bisa aja kalau cari gebetan.” Sela Iqbal yang muncul tiba-tiba.
“Iqbal, ndak boleh lho godain kakaknya begitu. Kalian ini masih SMA kok ya udah mikir pacaran tho.” Kata nenek menasehati. “Berteman saja yang banyak, pacarannya nanti.”
“Tuh didengerin kata neneknya.” Sahut mama.”Kamu makan dikit May, sambil nunggu temanmu. Lumayan buat isi perut kan. Lalu ini, kamu bawa ya.” Mama menyerahkan satu bungkus Sari Roti coklat kesukaanya.
May mematuhi perintah mama. Dia makan malam lebih dulu dari semua keluarganya. Belum habis makan malamnya, Doni sudah muncul di depan rumah.
“Assalamuallaikum.” Seru Doni didepan pintu.
“Waalaikumsalam.” Jawab Papa sambil berjalan membukakan pintu. “Temannya Humairah?”
“Enggeh pak. May ada?” tanya Doni.
“Ya ada dong, kan sudah janjian sama kamu. Ayo masuk, silahkan duduk.” Jawab papa bergurau. “May sedang makan. Tapi udah mau habiskok.”
“Oh kalau gitu ndak apa-apa pak, biar May menyelesaikan makan malamnya dulu.” kata Doni.
“Yo jangan gitu tho. Kata May kamu ini ketua ekskul, jadi buru-buru kembali ke sekolah. Bener?” Doni hanya tersenyum mendengar pertanyaan papa. “Namamu siapa?”
“Saya Doni pak, teman sekelas Mairah.”
“Lho, Doni? Bukan Wira tho?”
Doni kaget mendengar pertanyaan papa May.
“Lha kata si Iqbal kok yang mau jemput May itu namanya Wira.” Kata papa May. “Sek sebentar yo, tak panggil dulu Mairahnya.”
Wajah Doni yang tadinya penuh senyum semangat kini berubah menjadi layu. Ternyata Wira sudah sangat dekat dengan keluar Humairah. Siapa sangka, ternyata selama ini dia sudah tertinggal jauh.
“Hai Don, syukur kamu nggak nyasar.” Kata May sambil tersenyum cantik.
Malam ini May terlihat berbeda di mata Doni. Jika selama ini dia hanya melihat Humairah dalam balutan seragam sekolahnya, maka untuk pertama kalinya Doni melihat May dalam busana yang lain. Celana jeans abu-abu, kaos polos longgar lengan panjang berwarna soft pink dan flat shoes polos berwarna hitam. Secara keseluruhan penampilan May malam itu sederhana, karena memang semua yang dikenakannya polos-polos saja. Namun tetap terlihat istimewa. Rambut May yang biasanya dibiarkan tergerai atau dihiasi bando, sekarang dikuncir kuda. May terlihat segar.
“Maaf ya nunggu lama. Sebentar aku ambil tas dulu.” kata May yang muncul dari dalam rumah.
“Eh May, papa tanya dulu deh.” Kata papa yang mencegah May masuk kembali ke dalam rumah. “Ini Doni kan? Lha kata Iqbal yang mau jemput kamu namanya Wira.”
“Ya papa, omongan Iqbal kok didengerin. Sok tahu dia itu pa. Sebentar, May ambil tas dulu. Buru-buru pa.” May bergegas mengambil tas di kamarnya dan bersiap-siap untuk berangkat bersama Doni.
Selagi Humairah masuk mengambil tas, mama muncul dari dalam rumah.
“Ini yang namanya Wira ya?” tebak mama.
“Eh, bukan bu. Saya Doni.” Jawab Doni sambil menyalami tangan mama Humairah.
“Lho...”
“Iya ma, ternyata Iqbal salah sebut nama. Hehehe.” Sahut papa sambil tertawa. “Maaf ya Don, si Iqbal itu memang iseng anaknya. Yang Iqbal tahu kan May dekatnya dengan Wira, ternyata May punya teman lainnya.”
“Ndak apa-apa kok pak. Ini memang pertama kalinya saya ketemu May di luar jam sekolah.” jawab Doni sambil tersenyum.
“Sebentar ya.” Mama pun permisi kedalam.
“Yup! Aku siap. Berangkat yuk, nanti kamu ditungguin banyak orang kalau lama-lama keluarnya.” Kata May yang sekarang sudah mencangklong tas selempangnya yang menggelembung.
“Isinya apa May? Kok kamu kayak bawa banyak barang?” tanya Doni.
“Oh, ini jaket. Khawatir masuk angin.” Jawab May nyengir.
“Ya sudah pak, saya berangkat dulu. Insya Allah besok jam sebelas May sudah saya antar pulang.” Kata Doni mulai berpamitan.
“Iya, titip May ya. Dia ini nggak pernah ikut acara apa-apa di sekolahannya yang dulu. Semoga dengan keikutsertaan dia di kegiatan sekolah, May jadi lebih bersosialisasi dengan lingkungannya.” Jawab Papa.
“Berangkat ya pa.” May dan Doni bergantian mencium tangan papa.
“Eh, Doni. Ini dibawa ya. Kamu pasti belum makan malam.” Tiba-tiba mama menyusul mereka yang sudah berada di teras rumah dan memberikan sebuah kotak makanan.
“Eh, buk ndak usah. Kan nanti di sekolah dapat makan juga.” Jawab Doni sungkan.
“Udah nggak apa-apa. Ini cuma roti. May juga tadi udah ibu bawain roti kesukaannya. Lha yang ini buat kamu.” Kata mama memaksa. “Kalau mau berangkat ya udah, tapi hati-hati di jalan ya.”
Dan Doni pun berangkat dari rumah May dengan perasaan yang bercampur aduk. Kenyataan bahwa semua keluarga May mengenal Wira membuatnya hampir putus asa. Kenyataan bahwa orang tua May begitu baik membuatnya iri, karena jika akhirnya Wira yang memenangkan hati May, betapa beruntungnya teman sekelasnya itu. Dan sekarang, May sudah duduk manis di boncengan motornya. Ada rasa bangga karena akhirnya bisa dekat dengan nona cantiknya, tapi juga ada rasa was-was. Doni khawatir kebahagiaan yang dia rasakan malam ini hanya sementara.
Doni menepis semua rasa yang menggelayut di hatinya. Mencoba optimis dan menjalani semua seperti biasa. Dia menukai May dari awal bertemu. Bohong jika Doni tidak merasa tersaingi dengan keberadaan Wira. Namun Doni tidak mau mencemari perasaan tulusnya itu dengan rasa persaiangan apapun.
Malam belum begitu larut. Semburat merah di langit barat masih merona indah. Doni menikmati semua yang dimilikinya saat ini. Dengan begitu, dia sudah bersyukur atas semua kesempatan yang diberikan Tuhan kepadanya. Biarlah esok menjadi misteri. Doni tetap akan mengukir setiap detik hari-harinya agar tercipta sebuah sejarah yang indah saat dia mengenangnya di suatu hari nanti.
bersambung...
( @Lujeng_Ayu )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H