Melanjutkan artikel dari Cech Gentong dalam tulisannya: "Cinta Produk Nasional, yang Mana…????"
http://umum.kompasiana.com/2009/11/26/cinta-produk-nasional-yang-mana.../
kita perlu secara bersama-sama mengkaji ulang apa yang kita sebut produk nasional.
Saya coba mendefinisikan semua produk yang dikembangkan dan didisain secara 100% oleh perusahaan dalam negeri dapat dikatagorikan sebagai produk nasional. Komponen dari produk-produk ini dapat dibeli atau diimpor dari luar. Pak Habibie, Presiden ke III dari Republik Indonesia, sudah mencanangkan produk pengembangan teknologi dan produk nasional sejak tahun 1974. Beliau memulai dengan prinsip TOP DOWN APPROACH, kuasai konsep globalnya dan hasilkan produknya.
Produk Nasional yang kita disain dan kembangkan sendiri HARUS menaikan nilai dasar dari material asal, sebagai contoh teknologi komunikasi RADAR akan bernilai lebih tinggi dari komponen-komponen dasarnya (seperti Processor, Microwave, Signal Processing Unit, dllnya).
Peran pemerintah sangat dituntut untuk arah pengembangan produk nasional, tidak mungkin semua industri dapat pemerintah pilih pada waktu bersamaan. Pemerintah sebagai penentu kebijakan awal HARUS punya rasa keberpihakan dengan menerbitkan regulasi pendukung untuk pemasaran lokal produk yang dikembangkan. Peran pemerintah ini dilakukan untuk mendorong per-ekonomian secara nasional. Hampir semua negara melakukan hal semacam ini untuk produk-produk khusus, tetapi dengan mengembangkan produk khusus baik produk militer atau produk yang unik, perusahaan di negara-negara tersebuti punya dana dan kemampuan ("knowledge") untuk mengembangkan produk-produk yang dipakai banyak orang.
Sejarah telah membuktikan ketika perusahaan lokal China (Huawei) memutuskan untuk mengembangkan teknologi komunikasi khusus yang dipakai banyak operator dunia, pemerintah China mengijinkan Huawei untuk memasang alat-alatnya di daerah-daerah tertentu (bisa dilihat di link (tautan) berikut: http://en.wikipedia.org/wiki/Huawei )
Keberpihakan pemerintah China inilah yang membuat Huawei saat ini menjadi RAKSASA baru telekomunikasi, yang membuat Ericsson, Nokia atau Alcatel-Lucent takluk. Kalau seandainya ketika tender peralatan khusus tersebut dinyatakan perlu ada referensi pernah memasang alat-alat tersebut di operator lainnya, saya kira kita tidak akan pernah mendengar nama HUAWEIÂ saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H