Mohon tunggu...
Lina Budiarti
Lina Budiarti Mohon Tunggu... karyawan swasta -

senja dan hujan adalah dua hal yang saya suka

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Anak Muda Dilarang Galau

19 Oktober 2013   22:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:18 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

GALAU... Di facebook statusnya galau, di twitter nulis galau, di mana-mana banyak yang bilang lagi galau. Apa sih galau? Bagi anak usia sekolah atau kuliah - yang notabene sering update status galau di sosmednya- galau itu kalau besok ujian tapi materi belum menguasai ditambah bahan materinya yang dimiliki ga komplit? Ah gampang, jawab aja sebisanya, paling-paling pas lihat nilai mewek, hehehehe... Tapi kan gak bakal runtuh juga bangunan sekolahan hanya karena siswanya nilainya jelek. Atau galau itu kalau lihat temen-temen yang lain udah pada mau wisuda sementara dirinya masih belum jelas mau bikin skripsi tentang apa? Itu juga bukan perkara yang bisa bikin masuk penjara kan? Tinggal berdoa buat minta petunjuk lalu aktif di perpus, banyak-banyak belajar, nanya sana-sini sama rajin konsultasi ke dosen. Atau mungkin galau itu kalau lagi sayang-sayangnya sama pacar eh ternyata ortu ga setuju terus nyuruh putus? Atau diputusin pacar? Itu juga masih perkara yang gak bakal bikin kiamat dimajuin kan? Tinggal move on, beres.. Kalau mau ngeles sih, justru move on nya itu yang susah, pasti pada jawab gitu. Tapi ya sesusah-susahnya move on, masih susah mana sih sama narik gajah obesitas yang lagi bengkak?


Apa sih yang ga ada penyelesaian dari semua masalah di hidup ini? Bukankah masalah memang disediakan untuk menjadikan lebih kuat dan dewasa? Bukankah masalah sendiri datang selalu bersama penyelesaian? So, kenapa mesti galau? Kenapa mesti memproklamasikan diri melalui media sosial bahwa diri ini sedang galau? Galau hanya semakin membuat masalah semakin buram dan jauh dari penyelesaian. Galau justru hanya akan membuat kita menjadi tidak menarik, tidak ceria, dan justru membuat orang sekitar kita ikutan galau. Perlu diketahui bahwa perasaan kita itu menular ke orang-orang di sekitar kita. Sebagai gampangnya kita balik ke diri kita saja. Saat kita melihat seseorang dengan senyum ceria dan wajah berseri-seri, kita pasti juga kesetrum ikutan berseri. Kita ikut tersenyum bahkan hanya lihat wajah orang tersenyum menarik melalui foto. Sebaliknya, kita juga jadi menerka dan bertanya-tanya jika ketemu orang dengan lusuh, muka ditekuk tak bersemangat.. Semangat kita pun juga jadi turun. Ya memang hal ini mungkin ga berlaku bagi orang yang sangat cuek sekali. Tapi ya, sekali lagi, secuek-cueknya seseorang, jika bertemu atau sekedar melihat orang lain yang bersemangat, pasti jadi ikutan semangat. Intinya, energi positif itu dengan sangat mudah menular ke sekitar. Ada masalah seberat apapun, asal kita yakin bahwa Tuhan bersama kita dan kita tetap bersemangat menyelesaikan masalah tersebut, tidak ada yang namanya jalan buntu dan suram.


Apalagi kita yang masih muda. Energi dan semangat masih full, jalan masih panjang menantang, dan masih banyak pintu-pintu kesempatan yang belum dicoba untuk dibuka. Masa depan kita menuntut kita saat ini untuk bekerja keras dan bersungguh-sungguh. Masa depan kita mengharuskan kita saat ini agar memiliki misi dan visi hidup yang dilakukan dengan keyakinan pada Tuhan dan pantang menyerah.

Waktu tak kan kembali walau hanya sedetik. So, galau hanya akan menyita waktu kita untuk mengejar kesempatan. Mana kita tahu jika saat kita galau, ada di seberang sana rekan kita yang dengan yakin pada Tuhan tengah bersungguh-sungguh meraih impiannya yang ternyata juga sama dengan impian kita? Yahh, jadinya kalah cepet deh, diserobot duluan kesempatan dan jalannya. Terus galau lagi.. Hmmmm mana ada ujungnya kalau kayak gini terus. So, come on, teman... Dunia bukan milik kita sendiri, anak muda bukan cuma kita. Mimpi kita kadang sama dengan mimpi orang lain. So, siapa cepat bertindak, ingsyaAlloh dia yang lebih dulu dapat jalan, dan ingsyaAlloh pula dia yang lebih dulu sukses. Bukankah kita semua niat dari kecil memang jadi orang baik dan sukses? Orang baik takkan membiarkan dirinya berlama-lama mendolimi diri dalam kegalauan. Saya sebut galau adalah mendolimi diri karena galau membuat fikiran dan hati suram sehingga tak menemukan jalan keluar.


Hidup terlalu singkat jika hanya dibuat berkubang dalam kegalauan. Hidup terlalu sia-sia jika kita hanya menularkan energi kegalauan. Untuk apa galau dan cemberut kalau hanya membuat wajah smakit semrawut dan orang-orang di sekitar menjadi ikutan merengut. Senyum aja deh, biar wajah makin ceria dan orang-orang sekitar ikut bahagia.. Sibukkan diri dengan beribadah pada Tuhan dan bersungguh-sungguh meraih masa depan cerah.

Sebuah senyuman dan semangat mungkin hal tersederhana untuk didermakan tapi pasti memberikan efek tak sederhana. Mereka yang tertular bahagia karena senyum dan semangat kita, merupakan pahala bagi kita. Pastinya itu membuat kita merasa berguna, bukan? So, terlihat kan, hanya dengan senyum dan semangat saja sudah selangkah mendatangkan kebaikan bagi kita, apa lagi jika dilanjutkan dengan yakin pada Tuhan dan bersungguh-sungguh meraih cita? Pasti akan lebih cepat meraih sukses dan berguna bagi sesama, karena sebaik-baiknya manusia adalah yang berguna dan bermanfaat bagi sesama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun