Mohon tunggu...
Heri Hidayat Makmun
Heri Hidayat Makmun Mohon Tunggu... -

Seorang biasa yang berharap NKRI tetap jaya selalu!\r\n\r\nIndonesian Voices Network. \r\nSitus : http://indonesianvoices.com\r\nBlog : http://indonesianvoices.blogspot.com\r\n\r\nIkut di Kompasiana untuk saling berbagi, berekpresi dan urun pendapat agar memiliki sensitifitas terhadap kondisi bangsa tercinta ini. Merdeka! Hiduplah Indonesia Raya!

Selanjutnya

Tutup

Money

Demo Warga AS Mengecam "Kegilaan" Wall Street

6 Mei 2010   09:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:22 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Oleh Heri Hidayat Makmun

Unjuk rasa ribuan pekerja dan pemimpin serikat buruh dengan berjalan sambil mengutuk ketamakan para pelaku bursa Wall Street pada Hari Buruh Dunia 1 Mei 2010 lalu. Kemarahan para pekerja tersebut dipicu banyaknya PHK dalam beberapa tahun terakhir ini. Terutama saat krisis ekonomi Amerika Serikat memuncak beberapa tahun lalu.

Kehilangan pekerjaan menghancurkan kehidupan para pekerja yang melakukan long march di jalan-jalan utama New York. Mereka menunjukkan sikap anti-Wall Street sejak krisis kredit dimulai di New York akibat ketamakan para pelaku di bursa dunia tersebut.

Lalu lintas berhenti dan macet di sekitar distrik keuangan tersebut sebagai akibat aksi massa yang menutup jalan-jalan. Mereka menuntut jawaban dari sumber masalah yaitu para pengelola bank. Jalan-jalan disekitar Wall Street penuh dan padat orang-orang yang meneriakkan yel-yel mengecam Wall Street.

Ribuan demontran New York City mewakili jutaan pekerja di seluruh Amerika Serikat. Mereka memiliki rasa kemarahan yang sama sebagai sebuah sentimen yang telah mencapai puncaknya di Amerika Serikat. Dengan tuntutan yang keras dan tegas para pengunjuk rasa tersebut ingin mengakhiri kekacauan di Wall Street.

"Mereka hanya melakukan kebalikan dari Robin Hood, mereka mencuri dari orang miskin, yang membutuhkan segala sesuatu mereka untuk hidup, dan memberikan semuanya pada orang kaya - tidak masuk akal," kata Sam Kesler yang ikut ambil bagian dalam unjuk rasa tersebut, bahkan Sam menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan perekonomian negaranya itu sepertiyang dikutip dari Russian Today.

Sebagai akibat moral hazard pelaku Wall Street, jutaan orang Amerika kehilangan rumah mereka, sementara jutaan lainnya kehilangan pekerjaan.

"Ketika 1% atas kekayaan di negeri ini mengendalikan keputusan politik, ketika uang yang keluar langsung dari bank pergi ke menjadi bonus para pejabat keuangan perbankan, bukan menggunakan kontrol masalah untuk mencapai yang kita inginkan, dan bahwa uang yang sama berlaku untuk para politisi yang membuat keputusan, wajar banyak orang menjadi marak dan kesal, " kata salah satu demonstran terus terang.

Baliout dari uang rakyat itu memperberar para pembayar pajak. Pemerintah Amerika Serikat membuat para pembayar pajak kecewa karena pada akhirnya uang pajak itu harus menjadi milik para pengusaha Wall Street. Ini tidak demokrastis dan adil kata pengunjuk rasa yang lain. Kasus ini telah berdampak luas tetapi hukum tidak mampu menjangkau para penjahat yang seharusnya bertanggungjawab. Waktu berlalu dan tidak ada yang dihukum karena menciptakan tsunami ekonomi.

Orang-orang di jalanan tahu betul bahwa jika salah satu dari mereka melakukan skema yang sama, mereka akan di penjara, sementara mereka dari Wall Street tidak hanya bisa lolos begitu saja, tapi malah tetap mendapat bonus. Setelah berapa bulan dalam ketidak jelasan hukum ini, para bankir malah sedang menghabiskan ratusan juta dolar dalam bonus.

Warga Amerika Serikat semakin menyadari kebutuhan untuk membaut peraturan keuangan yang baik untuk memastikan bencana tidak terulang. Dan meskipun kemarahan public demikian besar, tetapi para bankir dan pelaku Wall Street tidak peduli. Inilah konsekuensi dari sistem kapitalisme yang dianut Amerika Serikat.

Sumber :  indonesianvoices.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun