Penulis : Wandi Arwana
Islam di abad pertengahan mengalami kemajuan peradaban yang luar biasa. Sehingga dapat dikatakan zaman tersebut adalah zaman keemasan Islam. Pasalnya, Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat itu menjadi kebanggaan umat Islam seluruh dunia. Bahkan tokoh Barat pun mengakui akan kemajuan peradaban Islam saat itu.
Salah satu pengakuan tersebut disampaikan oleh Pangeran Charles dalam pidatonya di Oxford University, 27 Oktober 1993. Dia mengatakan, "bila ada banyak kesalahpahaman di dunia Barat tentang hakikat Islam, maka banyak juga ketidaktahuan tentang utang kebudayaan dan peradaban kita kepada dunia Islam. Saya rasa ini adalah kegagalan yang berakar dari ditutupnya sejarah yang kita warisi selama ini".
Warisan sains Islam zaman pertengahan yang paling dikenal hingga saat ini sistem angka Arab. Sistem Angka yang juga digunakan di negara-negara barat ini mengalahkan sistem angka Romawi. Namun buku yang ditulis oleh Ehsan Masood ini menunjukkan bahwa sains Islam jauh lebih hebat dari hanya sistem Angka, dan bahkan sangat berpengaruh sehingga menjadi dasar sains Eropa Barat yang muncul belakangan.
Al-Khawarizmi, Ibnu Sina, Al-Zarqali, dan masih banyak lagi ilmuwan muslim lainnya begitu terkenal di dunia ilmiyah Eropa karena karya-karya mereka menjadi acuan sains Eropa. Buku Al-Qanun Fi al-Thibb karya Ibnu Sina menjadi standar sejumlah universitas di Eropa selama berabad-abad. Buku al-Kitab al-Mukhtasar Fi Hisab al-Jabr Wal Muqabala karya Al-Khawarizmi menjadi dasar aljabar modern.
Dalam buku yang berjudul Science and Islam A Histoy oleh Ehsan Masood yang diterjemahkan menjadi Ilmuwan-Ilmuwan Muslim Pelopor Hebat di Bidang Sains Modern ini memperlihatkan mengapa imperium Islam berhasil memajukan sains sehingga menghasilkan karya-karya yang menakjubkan bahkan untuk ukuran masa kini. Dan lewat buku ini pula kita bisa mengetahui bahwa keyakinan agama dan ajaran agama bisa menjadi pendorong kemajuan sains Islam dalam banyak disiplin Ilmu.
Penulis buku ini memandang bahwa kemajuan Islam saat itu dipengaruhi oleh pandangan umat Islam terhadap sains modern. Yang mana ketika itu Islam mempunyai hubungan yang erat dengan sains modern. Kebutuhan agamalah yang telah membantu perkembangan pengetahuan yang baru. Dan saat berbagai sains mulai berkembang, para pemuka agamalah yang mendorong para ilmuwan pertama untuk menggunakan standar yang sama untuk membuktikan keabsahan hasil karya ilmiyahnya.
Hal ini kemudian dibuktikan dengan kemajuan Islam yang dahsyat saat itu dalam bidang sains modern yang saat ini banyak dikembangkan oleh Barat. Sebagai contoh adalah ahli fisika yang tinggal di Kairo bernama Ibnu al-Nafis telah menemukan sirkulasi paru-paru, pada abad ke-13. Insinyur Andalusia Abbas bin Firnas telah menemukan teori penerbangan dan diyakini telah melakukan percobaan terbang yang sukses enam abad sebelum Leonardo menciptakan ornitopternya yang terkenal. Dan di Kufah, Irak, Jabir bin Hayyan (dilatinkan menjadi Geber) adalah seorang yang meletakkan dasar-dasar ilmu kimia sekitar 900 tahun sebelum Boyle.
Lalu ada juga Hasan Ibnu al-Haitsam ahli fisika eksperimental abad ke-11 yang memperbaharui pemahaman kita mengenai indera penglihatan dan diakui menjadi pelopor penciptaan alat penangkap gambar (camera obscura) selain menulis dan meneliti pergerakan planet.
Selain itu, dalam buku yang diterjemahkan oleh Fahmy Yamani ini kita juga akan bertemu dengan para pelindung atau yang mendorong para ilmuwan tersebut untuk berkarya. Kalifah dan gubernur seperti Al-Ma'mun dan Dinasti Abbasiyah Sunni dan Al-Hakim dari Dinasti Fatimiyah Syi'ah yang memerintah Kairo mulai tahun 996 sampai 1021 M. Dan masih banyak lagi penguasa yang memperkerjakan para penasehat sains pribadi, membangun perpustakaan dan observatorium dan bahkan secara langsung mengambil bagian dalam berbagai percobaan sains