Siapa pun tahu akan sangat sulit keluar dari zona nyaman. Anda pasti juga merasakannya, dalam konteks apa pun 'zona nyaman' itu.
Pekerjaan yang tenang, meski mungkin dengan tantangan yang sudah tak terasa lagi, atau mungkin sudah puas dengan bekal pengalaman yang itu-itu saja, meski masih banyak ruang dan waktu untuk jauh mengembangkan diri.
Dan zona nyaman itu juga berlaku untuk mas Agus Harimurti Yudhoyono. Meski terhitung baru di dunia yang bukan dunia yang biasa digelutinya (setahu saya sih demikian), Agus terkesan nyaman berada di wilayahnya.
Berkampanye dengan berkeliling menyapa warga, bersalaman dan mendengarkan aspirasi orang di sekelilingnya, membalas sapaan dengan menunjukkan gaya khas dirinya, pokoknya AHY banget deh.
Di sinilah letak zona nyaman AHY di dunia barunya, setidaknya dari sudut pandang saya. Selama beberapa bulan terakhir, AHY masih menikmati rutinitas ini, dan merasa belum perlu keluar dari zonanya itu.
"Saya ingin bersama rakyat," dalihnya kala itu.
Rakyat di sini, saya pribadi melihatnya sebagai, komunitas pendukung yang ada di sekelilingnya. Namanya pendukung, yang didukung akan dielu-elukan, merasa disokong dari belakang, minim kritik dan pertanyaan kritis.
AHY juga pun bisa dengan leluasa menyampaikan visi dan misinya mengenai DKI Jakarta di eranya mendatang jika memang menjadi gubernur terpilih. Leluasa karena yang terjadi hanya komunikasi satu arah. Ini termasuk zona nyaman Agus.
Dijamin deh, warga pendukung AHY akan mendukung penuh dirinya kala pemilihan nanti. Hanya saja, apakah AHY sudah sepantasnya puas dengan hanya pendukung yang dimilikinya saat ini?
Memang, dari sejumlah artikel yang ada, elektabilitas AHY mengalahkan dua rivalnya, Anies Baswedan dan Basuki Tjahaya Purnama. Charta Politika, Median, dua rilis survei LSI pimpinan Denny JA, dan terakhir survei dari Litbang Kompas, menempatkan Agus di urutan pertama dengan elektabilitas yang lebih baik dibanding dua pesaingnya itu, sementara LSI pimpinan Kusrido Ambardi, mengunggulkan Basuki alias Ahok. Tapi, betulkah AHY sudah puas dengan hasil survei yang tak sedikit dipertanyakan keberpihakannya itu?
Seharusnya (ah harapan), AHY tak boleh puas dengan kondisi saat ini. Jika dia merasa tertantang, memiliki sifat sportif dan kompetitif, benar-benar ingin mewujudkan DKI yang lebih baik menurut versinya, keluar dari 'zona nyaman'-nya adalah hal yang seharusnya dilakukan.