"Jika Anda ingin melihat Neymar yang dulu, Anda bisa melihatnya di timnas Brasil," begitu komentar Scolari beberapa waktu lalu sebelum Piala Dunia dimulai, menanggapi pertanyaan mengenai wajah sebenarnya permainan Neymar.
Ya, Neymar termasuk dalam korban pragmatisme sepakbola ala Eropa, yang lebih mengutamakan hasil ketimbang proses.
Tak sedikit contoh lain yang membuat Brasil begitu menderita karena situasi tersebut. Dan imbasnya adalah bagaimana performa skuat Samba di kandang sendiri. Tak bisa dikatakan permainan tim besutan Scolari masuk kategori mengesankan.
Sejak laga pertama melawan Kroasia, media Brasil sudah mengkritik keras cara bermain mereka. Tak tampak permainan indah atau jogo bonito yang menjadi ciri khas mereka. Penonton hanya disuguhi gol demi gol, tapi tanpa kesan mendalam. Hasil lebih diutamakan, bukan prosesnya.
Tak salah jika kemudian Brasil harus keok melawan tim asal Eropa yang sudah begitu mendarah daging dengan gaya sepakbola pragmatis mereka. Ditambah efisiensi, disiplin tinggi dan kerjasama tim yang lebih solid, faktor yang tak dimiliki Brasil di Piala Dunia kali ini, tak heran bila Belanda dan Jerman begitu leluasa menjebol gawang mereka nyaris dengan selusin gol.
Harus diakui, dunia merindukan Brasil yang dulu, Brasil yang begitu melegenda karena permainan indah mereka, Brasil yang begitu memesona karena aksi individu pemainnya. Brasil yang sekarang bisa jadi sudah melupakan jati diri mereka.
Ya, kami merindukan Brasil yang dulu!
Artikel juga bisa Anda baca di http://www.goal.com/id-ID/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H