Mohon tunggu...
Piggy Pop
Piggy Pop Mohon Tunggu... -

mendokumentasikan, menatat dan merekam

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Hegemoni Budaya Timur dan Barat

17 Oktober 2014   06:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:42 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

cover album Jasad - Rebirth of Jatisunda
Mungkin tak banyak orang tau band indie bergenre Death Metal bernama Jasad. Jasad terbentuk tahun antara 1989 di kawasan Ujungberung kota Bandung.

Sebenarnya bukan ingin membahas mengenai masalah musik dalam hal ini, namun musik menjadi pengantar menuju aksi yang mereka buat untuk Indonesia dan dapat menjadi motivasi bagi kita untuk melakukan hal yang sama tentunya dengan apa yang menjadi kesukaan kita.

Semangat kelokalan band Jasad mulai muncul dan berkembang sekitar tahun 2008 dengan single pertama mereka yang berjudul Kujang Rompang (Kujang ompong/cuil pada pinggirannya). Lirik berbahasa sunda semakin kian marak dipergunakan saat ini (Pembahasan lirik kujang rompang akan kita bahas berikutnya). Jasad yang memiliki banyak penggemar dimanfaat untuk menularkan semangat mencintai kearifan lokal. Selain lirik, penggunaan aksara sunda kuna pun ikut mereka gadangkan pada khalayak, penggunaan simbol-simbol seperti kujang dan pakaian batik pun sama-sama didengungkan agar semakin banyak generasi muda mencintai karya nenek moyang kita.

Seperti cover album terbaru, Jasad memasukan banyak sekali simbol dan makna-makna kelokalan dan nasionalisme seperti misalnya patung Garuda, benddera merah putih, aksara sunda kuna yang dituliskan dibawah kaki garuda, ikat kepala dan juga simbol kujang (pembahasan makna simbol-simbol tadi mungkin akan kita bahas dilain waktu)

Disini saya ingin menegaskan bahwa sesungguhnya budaya barat (yang diwakili oleh musik death metal) tidak selalu berimbas negatif dan begitu pun budaya timur, budaya nenek moyang kita tidak terbelakang atau primitif dan kedua hal kebudayaan bisa kita saningkan bersama dalam satu karya yang luar biasa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun