Mohon tunggu...
Adnan Anwar
Adnan Anwar Mohon Tunggu... -

Indahnya berbagi ilmu dan pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bahagianya Melihat Senyum Mereka

26 Mei 2011   09:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:12 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Apa yang anda lihat ketika memandang wajah kedua orang tua anda? Tak banyak yang sadar bahwa di dalam teduhnya pandangan mereka tersimpan sejuta harapan agar anak-anaknya meraih kesuksesan lebih daripada yang mereka alami. Kebahagiaaan mereka adalah ketika melihat anak-anaknya sukses dalam menjalani kehidupan, baik itu dalam bentuk sekolah, kuliah, pekerjaan, ataupun rumah tangga.

Kadang kita berfikir bahwa yang ingin kita berikan kepada kedua orang tua kita adalah materi. Berbagai macam barang dan fasilitas dunia hendak kita berikan kepada mereka. Tapi kadang justru bukan itulah yang mereka inginkan. Saya yakin Bapak/Ibu akan lebih senang melihat kita bahagia daripada diberikan materi yang melimpah. Memang harus sebijaksana mungkin melihat kondisi mereka.

Tidakkah kita berfikir ketika kita sesame saudara kandung bertengkar, apalagi di depan mata mereka. Sedih pastinya yang mereka rasakan, betapapun kita memberikan hadiah apapun juga. Lihatlah ketika kita murung, orang tua akan dating menegur menanyakan perihal masalah yang kita hadapi. Karena mereka juga ikut merasakan kemurungan kita.

Memang suatu kali kita perlu untuk memberikan hadiah. Sekedar untuk menunjukkan kasih saying kita kepada mereka. Tapi materi bukanlah segalanya. Eksistensi kita di depan mereka yang lebih dibutuhkan. Apalagi jika rumah kita jauh dari mereka. Hanya sekedar suara di telepon yang bahkan jauh dari suara aslinya sudah bias membuat mereka tersenyum. Apalagi jika kita bias menyempatkan diri untuk sekedar mampir bertatap muka di tengah kesibukan kerja. Pastilah membuat mereka sangat bahagia.

Mereka bangga ketika melihat anak-anaknya meraih kesuksesannya masing-masing. Mereka merasa puas bahwa pengorbanan yang mereka lakukan selama ini telah membuahkan hasil yang sangat manis. Perjuangan yang mereka lakukan tidak bias diukur dengan materi. Hanya kasih saying yang bias membasuh luka-luka lama selama mereka mendidik kita.

Sungguh kejam seorang anak yang berani melawan orang tuanya. Kadang kita terlalu egois dengan mengatakan bahwa cara berfikir mereka kuno, ketinggalan zaman, tidak sesuai dengan zaman sekarang. Memangnya seberapa banyak pengalaman kita menyelami kehidupan dibandingkan mereka. Kalaupun kita belajar sampai jenjang yang lebih tinggi daripada mereka maka sesungguhnya kita belajar teori. Sementara mereka belajar dari pengalaman langsung. Bukankah pengalaman adalah guru yang terbaik? Lalu, mengapa muncul pemikiran bahwa kita lebih pandai dari mereka?

Dulu mereka selalu mengerti dan memahami keadaan kita. Waktu masih bayi, balita, sekolah, kuliah, sampai kerja pun mereka tetap mau mengerti keadaan kita. Lalu, ketika kita sudah dewasa dan mampu berfikir sendiri, mengapa tidak gentian, kita yang mengerti dan memahami keadaan mereka. Ketika mereka ngotot anaknya harus jadi ini jadi itu. Kita harus bias memahami dan mengerti. Dan menjadi tugas kita untuk menerangkan secara arif ketika ada perbedaan pendapat dengan mereka.

Bagi saya, senyum Ibu dan Bapak adalah kebahagiaanku. Aku selalu berusaha untuk menunjukkan bahwa jerih payah mereka mendidikku tak akan sia-sia. Buah yang matang bias segera mereka petik dan dinikmati sesuka hati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun