Mohon tunggu...
Pietro Netti
Pietro Netti Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pribadi Independen, Penghuni Rumah IDE, KARYA & KREASI. Kupang-Nusa Tenggara Timur. \r\n\r\nhttp://pietronetti.blogspot.com, \r\nhttp://rumahmuger.blogspot.com.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Saatnya Bersatu untuk Indonesia Raya

14 November 2014   08:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:50 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14159049591396387114

[caption id="attachment_335258" align="aligncenter" width="300" caption="Bersatu kita teguh"][/caption]

Rakyat Indonesia sudah (baru saja) memiliki Presiden dan Wakil Presiden yang baru, Ir. H. Joko Widodo dan Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla, yang dilantik pada Senin, 20 Oktober 2014 oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia untuk periode 2014-2019.Ir. H. Joko Widodo (Jokowi) tercatat sebagai Presiden RI ke-7, dan Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla (JK) tercatat sebagai Wakil Presiden RI ke-12.

Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden RI di Gedung MPR RI merupakan puncak dari segala kekisruhan politik yang hampir tak berujung. Sebelumnya (sebelum pelantikan), rakyat Indonesia serasa mengalami suatu situasi layaknya politik kolonialisme “devide et impera” (adu domba) untuk memecah-belah persatuan dan kesatuan bangsa. Konflik elit di tingkat atas sungguh memberikan nuansa permusuhan hingga tingkat bawah. Sebagai rakyat kecil, saya bisa merasakan situasi tersebut. Ada peng-kotak-kotak-an yang disebabkan oleh keberpihakan berlebihan terhadap calon-calon yang ada, ditambah lagi dengan sikap elit politik yang tidak mau kalah (mau menang sendiri dan merasa benar sendiri), dan sedikit pun tidak menunjukkan sikap kenegarawanan yang patut dipuji.

Ada tokoh-tokoh politik yang hanya karena kepentingan sesaat memberikan pernyataan-pernyataan yang meruncing suasana perpolitikan yang semakin memanas. Sebut saja, tokoh seperti Amin Rais (yang menurut saya, masih diragukan ketokohannya sebagai tokoh reformasi) yang dengan mudahnya dan seenak perutnya menganalogikan persaingan politik antara Jokowi dan Prabowo sebagai sebuah “Perang Badar”. Seolah-olah Prabowo dan kubu pendukungnya (termasuk Amin Rais di dalamnya) adalah segerombolan kalekat (kodok, pen)…eh…malaikat yang mewakili kelompok yang paling benar dan suci(?), sehingga harus “memerangi dan memusnahkan” Jokowi dan kelompoknya sebagai pihak musuh.

Begitu pula dengan kelompok pendukung Prabowo yang sengaja menggunakan isu SARA (Suku-Agama-Ras dan Antar Golongan) untuk menyerang pihak Jokowi dan pendukungnya. Belum lagi, tuduhan-tuduhan yang tidak beralasan yang mengatakan bahwa partai pendukung, Jokowi dan keluarganyaadalah PKI. Sungguh miris memang melihat cara berpolitik yang tidak elegan dan isu-isu yang sengaja dipropagandakan oleh kelompok/simpatisan Prabowo untuk menjatuhkan Jokowi sebagai rival politiknya.

Di lain pihak, kelompok Prabowo pun merasa menjadi obyek serangan oleh pihak Jokowi dan pendukungnya dengan isu-isu yang menurut mereka sangat tidak beralasan. Isu keterlibatan Prabowo pada penculikan para aktivis reformasi tahun 1997-1998 dan isu Hak Asasi Manusia (HAM) lainnya menjadi momok tersendiri bagi Prabowo dan pendukungnya.

Kedua kubu, baik Prabowo maupun Jokowi, sama-sama mengaku paling banyak diserang dengan negative & black campaign yang tidak berdasar. Sama-sama mengaku paling menderita dengan caci-maki, hujatan dan fitnahan. Memang kalau boleh dikatakan, ajang politik yang baru lalu benar-benar mencerminkan sisi gelap kepribadian bangsa Indonesia yang sangat memprihatinkan sekaligus memalukan. Degradasi moral dan budi pekerti menjadi cermin kemunduran peradaban anak bangsa yang patut disayangkan.

“Dimanakah nilai-nilai moral, etika, sopan-santun, hati nurani, pola pikir positif, dan nilai-nilai agama dari bangsa yang berketuhanan dan berperikemanusiaan ini? Apakah politik harus sekotor dan seburuk itu? Apakah orang-orang yang terlibat dalam politik (pelaku politik atau politikus atau apapun namanya) harus berlaku dengan cara yang tidak beretika, tidak bermoral dan/atau sebiadab itu?”

Semoga saja peristiwa politik yang baru saja dialami oleh bangsa ini menjadi pelajaran berharga di masa-masa yang akan datang. Kiranya sebesar apapun persaingan politik yang dihadapi tidak membuat kita menjadi buta dan seketika itu kita menunjukkan sikap dan sifat kebinatangan yang merendahkan peradaban dan kepribadian bangsa yang telah dirajut sekian lama. Sekeras apapun pertarungan politik yang dialami tidak menggilas nilai-nilai etika, moral dan agama yang menjadi landasan hidup dan kehidupan kita sebagai bangsa yang bermartabat.

Saatnya kita sebagai anak bangsa kembali bersatu, bergandengan tangan, satu hati dan satu jiwa untuk kemajuan bangsa dan negera ini. Pada kesempatan ini pun saya ingin mengucapkan rasa simpati yang tulus kepada para elit, yang sebelumnya (pada pertarungan kali lalu) tidak mengindahkan nilai-nilai yang telah disebutkan di atas sehingga berlaku seperti binatang, yang telah menunjukkan sikap kenegarawanan mereka yang sangat berpengaruh positif kepada rakyat di bawah. Semoga saja sikap kenegarawanan elit tetap dijaga dan dipelihara untuk hal-hal yang mulia yaitu membangun bangsa dan negara Indonesia yang lebih baik dan lebih hebat di antara bangsa-bangsa lain.

Saat ini saya, dan pastinya seluruh rakyat Indonesia, merasa sangat bersukacita melihat “perdamaian” para tokoh/elit di tingkat atas antara Jokowi dan Prabowo, “persahabatan” di antara Jokowi dan para pimpinan MPR RI dan DPR RI yang bukan berasal dari koalisi yang sama, dan “cooling down” dan kesepahaman di antara kubu Koalisi Merah Putih dan Koalisi Indonesia Hebat yang semoga saja bukan merupakan fatamorgana. Sebenarnya rakyat sudah muak dengan segala perilaku yang sengaja menebar benih-benih permusuhan di tingkat elit. Yang rakyat inginkan adalah tensi politik yang sejuk dan tenang guna terciptanya suasana rukun, damai, persahabatan, kekerabatan dan kekeluargaan dalam membangun Indonesia.

Salut dan hormat untuk Prabowo Subianto yang sebelumnya sempat diragukan ke-negarawan-annya, ke-patriot-annya dan ke-ksatria-annya! Semoga saya tidak lagi salah menilai, kalau anda adalah negarawan, patriot dan ksatria sejati! Begitu pula dengan para elit Koalisi Merah Putih di Senayan, anda pun akan disebut sebagai negarawan, patriot dan ksatria sejati jika anda benar-benar melaksanakan tugas dengan baik dan bertanggung jawab; mendengarkan suara rakyat, melaksanakan amanat rakyat, mengutamakan kepentingan rakyat, dan fokus dalam memperjuangkan kemajuan bangsa dan negara.

“Majulah…jayalah Indonesia Raya!”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun