[caption id="attachment_333908" align="aligncenter" width="300" caption="Kisruh di Parlemen (Foto: CNN Indonesia)"][/caption]
Rapat paripurna DPR RI dalam rangka menetapkan alat kelengkapan dewan kembali kisruh, diwarnai dengan banting meja dan saling kejar antara anggota dan pimpinan dewan. Inilah wajah wakil rakyat kita saat ini yang patut mendapat dua jempol terbalik.
Sejak awal kerja dewan, kekisruhan selalu mewarnai setiap keputusan politik yang diambil yang katanya untuk kepentingan rakyat. Rakyat selalu dan selalu menjadi kambing hitam dalam pemuasan nafsu kekuasaan para anggota dewan dengan sikap dan perilaku yang semakin tidak terhormat. Rakyat selalu menjadi tameng alasan untuk memuluskan kepentingan-kepentingan jangka pendek kelompok dan golongon tertentu.
Apa pun alasan yang dipakai untuk menipu rakyat, rakyat saat ini tidak lagi buta dengan intrik dan muslihat politik yang sedang dan akan terjadi di dalam gedung kura-kura raksasa tersebut. Mau ditutup-tutupi sekali pun, rakyat Indonesia sejak awal telah mengetahui ada dua kubu koalisi yang saling “berseteru” plus “bermusuhan”.
Perseteruan dan permusuhan yang kekanak-kanakan ini terjadi sebagai akibat dari persaingan dua kubu koalisi pada saat pilpres lalu.Ada kubu yang sangat merasa sakit hati karena kalah dalam meloloskan pasangan calonnya. Kekalahan dalam merebut kekuasaan eksekutif tersebut menyebabkan keserekahan untuk melahap habis jatah kue kekuasaan legislatif di parlemen. Rakyat pun telah membaca bahwa ternyata ada kelompok dalam koalisi tertentu yang tetap ingin membalas dendam kekalahan pada pilpres lalu(?).
Semula, kekisruhan awal saat penentuan Ketua dan Wakil Ketua DPR telah diobati dengan aksi gentlemen para anggota parlemen yang sejenak meninggalkan perbedaan dan keegoisan pribadi dan/atau kelompok dalam melakukan pelantikan Presiden dan Wakil Presiden RI pada Senin, 20 Oktober 2014. Ada optimisme yang dirasakan rakyat melihat adanya kerukunan di antara elit dari dua kubu koalisi yang mulai berdamai. Rakyat melihat mulai tercipta kebersamaan dan titik temu di tubuh parlemen dalam mengedepankan kepentingan yang lebih besar untuk Indonesia yang lebih baik.
Namun sangat disayangkan, kekisruhan untuk saling berebut kekuasaan kembali dipertontonkan di hadapan publik saat ini.Melihat kekisruhan yang terus saja terjadi di Senayan, rakyat Indonesia kembali dipupuskan harapan-harapannya yang begitu besar yang ditaruh di pundak para wakil rakyat kita. Ada pihak yang ingin menang sendiri, dan ada pihak tidak mau menerima kekalahan. Semua pihak merasa berhak berkuasa dengan argumen-argumen yang membingungkan rakyat.
Koalisi Merah Putih yang menyapu bersih semua kekuasaan di parlemen merasa bahwa apa yang tengah dilakukan adalah legal dan sesuai dengan undang-undang.
Semakin jelas ada persaingan kalah-menang dari dua kubu yang bertikai yang sedang beradu kekuatan. Sebaiknya kubu Koalisi Indonesia Hebat (KIH) yang merasa kalah saat ini menerima kekalahan mereka secara gentle sebagaimana kubu Koalisi Merah Putih (KMP) yang telah menerima kekalahan mereka walaupun dengan berat hati pada saat pilpres lalu. Bukankah akan lebih baik jika kubu yang satu mengawasi kubu yang lain? Bukankah akan lebih objektif jika pemerintah yang merupakan produk KIH diawasi oleh parlemen yang dimotori oleh KMP?
Kekuatiran akan terjadi saling jegal di antara parlemen dan pemerintah biarlah rakyat Indonesia yang menilai. Siapa yang bekerja akan diberi reward oleh rakyat dan siapa yang menghambat tentu akan mendapatkan punishment setimpal kelak. Rakyat Indonesia semakin hari bertumbuh semakin cerdas dan lebih cerdas. Suguhan tontonan yang yang tidak cerdas yang diperankan oleh anggota parlemen saat ini tentu akan menjadi referensi penilaian oleh rakyat untuk memilih pada musim politik berikutnya. Sudah tentu ada pihak-pihak yang berhak mendapat reward and punishment oleh rakyat kelak.
“Kita lihat saja nanti!”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H