Mohon tunggu...
Pieter Sanga Lewar
Pieter Sanga Lewar Mohon Tunggu... Guru - Pasfoto resmi

Jenis kelamin laki-laki

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Novel Karya Wanita Indonesia: Menohok Inferioritas dan Superioritas

25 Oktober 2022   07:22 Diperbarui: 25 Oktober 2022   07:28 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

         

Tentunya semua pencitraan wanita itu memperoleh jiwanya ketika dihadapkan pada citra laki-laki yang sering diidentifikasi sebagai penyebab penderitaan perempuan. Inilah yang mendorong terciptanya "hitam putih" hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam novel yang ditulis oleh novelis wanita. Tidak mengherankan jika sampai saat ini dikotomi paradoksal formal-informal, publik-privat, produktif-nonproduktif yang memberi keabsahan untuk suatu hubungan dominasi-subordinasi secara terselubung2) masih enak disimak dalam novel-novel karya wanita Indonesia.

          

Dimensi kesalingberhadapan itu merupakan "tikungan tajam"  yang pada sisi keperempuanan  dianggap sebagai perjuangan feminisme3) untuk melepaskan kekangan-kekangan patriarkat. Dalam Pada Sebuah Kapal (1973) karya Nh. Dini, tokoh Sri tidak hanya bebas menentukan pilihannya, tetapi merasa mempunyai hak yang sama dengan kaum pria, yang sering berkutak-katik dengan penyelewengan atau perselingkuhan. Walaupun perselingkuhan antara Sri dan Michel merupakan bukti otentik ketidakharmonisan komunikasi di dalam keluarganya, Sri sendiri tidak merasa berdosa, malahan ia menikmati hubungan gelap itu sebagai jalan kebahagiaan karena kebahagiaan yang dipikirkannya tidak ditemukannya pada diri sang suami, Charles Vincent.

          

Dengan demikian, membaca novel-novel karya novelis wanita Indonesia pada dasarnya  kita melakukan sebuah kembara feminisme dalam berbagai formatnya. Mungkin saja di dalam sebuah novel kita dapat temukan feminisme liberal, radikal, marxis, sosialis, dan eco-feminism. Semua format feminisme itu pada intinya menggugat superioritas lakai-laki dan menohok kemungkinan terciptanya persamaan kemanusiaan antara laki-laki dan perempuan. 

Dalam hal ini, persamaan diartikan sebagai kesempatan yang sama untuk meraih posisi sosial dan mereguk kenikmatan hidup secara individual, tanpa pengecualian menurut jenis kelamin. Bentuk penindasan yang khas dialami perempuan merupakan akibat langsung dari posisi tradisional perempuan dalam keluarga biologis atau keluarga domestik. Pembebasan perempuan, sebagaimana yang ditembangkan dalam novel-novel karya wanita itu, mensyaratkan masuknya kaum perempuan kalam sektor publik dan revolusi biologis, yaitu perempuan tidak diharuskan untuk mengandung, melahirkan, dan membesarkan anaknya.

Feminisme Sastra

          

"Pigura" persoalan perempuan dalam tohokan novelis wanita sepertinya mendapat angin baik ketika muncul apa yang disebut feminist literacy criticism. Kritik sastra feminis (KSF) yang muncul sejak tahun 1960-an di Barat (sementara di Indonesia kritik sastra jenis ini masih terasa asing) memfokuskan perhatiannya pada wanita, baik sebagai pembaca maupun sebagai penulis atau pengulas karya sastra.

         

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun