Rabuni masih tetap yakin dengan kebenaran pepatah Latin ini, tempora mutantur et nos mutamur ini illis (waktu berubah dan kita berubah dalam waktu). Nyatanya, mansuia bayi dapat berubah menjadi manusia dewasa di dalam hitungan waktu. Sama seperti bunga mawar di taman itu, tumbuh dan terus tumbuh dalam genggaman sang waktu. Ia memandang  bunga mawar merah yang merekah itu dari jendela kamarnya pada suatu Minggu pagi.
     "Pak, sebenarnya siapa si Pak Kurmerbel itu?" todong Bu Rabuni dari luar kamar.
     Rabuni tertegun. Berpikir sejenak. Lalu membalas, "Bapak tidak ngerti pertanyaan Ibu".
     "Kan sudah banyak diberitakan di televisi. Hampir tiap hari berita tentang Pak Kurmerbel itu disiarkan. Ia orang hebat, ya, Pak?"
     "Pastilah. Kan berita televisi itu selalu berkaitan dengan orang hebat; hebat dalam kebaikan dan juga hebat dalam kejahatan."
    "Tapi, anak kita juga omong tentang Pak Kurmerbel. Katanya di sekolah lagi ramai membicarakan Pak Kurmerbel. Masak Bapak tidak paham soal Pak Kurmerbel?"
    "Siapa dia?"
     "Bapak kan guru, pasti tahu masalah yang berkaitan dengan sekolah"
     "Iya, bisa ya,  bisa tidak!"
     "Jangan buat saya bingung, Pak!" bergerak ke dapur dalam posisi batin penasaran. Bu Rabuni sedikit tidak enak hati dengan jawaban suaminya.
     Rabuni masih memandang  bunga mawar di taman depan rumahnya. Bunga yang ditanam pada masa awal pandemi covid-19 itu, sebagai bagian dari kesibukan bekerja dari rumah, telah menebarkan pesonanya yang dirasakannya mampu  meringankan kemelut batin masa pandemi. Matahari pagi pun tersenyum lebar dan merambatkan cahayanya masuk ke kamar Rabuni sehingga membuat lebih terang segala isi kamar itu.