Salam kompasiana,
Tiba-tiba saja pertanyaan ini menclok (hinggap) di pikiran saya, dan terjadilah sebuah self-conversation (kaya orang gila dikit sih) tapi saya yakinkan bahwa saya sehat lahir dan bathin dan tidak sedang ngomyang (mengigau). Memang ini area sensitif yang saya sendiri yakin nggak semua pembaca akan setuju terhadap apa yang saya tuliskan, tetapi saya yakin juga bahwa ada juga pembaca yang menyetujuinya.
Menjawab pertanyaan diatas, kemungkinan akan ada 3 jawaban pokok setidaknya:
1. Menista agama atau menista Tuhan adalah sama saja, alasanya karena esensi dari keberadaan dan kebesaran Tuhan sudah termaktub di dalam agama itu sendiri.
2. Menista Tuhan jauh lebih serius dari pada menghina agama, karena Tuhan punya kedudukan tertinggi atas segalanya, agama adalah sarana untuk menuju kepada Tuhan dan Tuhan adalah sumber dari segala keberadaan atas apapun yang bisa kita bisa sebut dengan kata-kata. Agama tidak mempunyai kesetaraan dengan Tuhan.
3. Menista agama lebih serius dari pada menghina Tuhan, karena itu menyangkut kehormatan penganutnya, merendahkan dan menghina kepercayaan dan iman pemeluknya, dengan kata lain agama adalah tambatan hidup yang dipertaruhkan (urusanya hidup dan mati) sehingga ini sangat serius.
Setelah membaca 3 jawaban pokok di atas, merilah kita tela'ah satu- persatu jawaban tesebut. Catatan: tela'ah saya ini bukanlah tela'ah agama tetapi tela'ah universal yang mengandalkan nurani tanpa kebenciaan dan pikiran yang tentunya "apa adanya" sesuai kapasitas yang saya punya.
1. Menista agama atau menista Tuhan adalah sama saja.
Pendapat ini sedikit complicated bagi saya, kalaupun keberadaan Tuhan termaktub dalam agama, maka bukan berarti seluruh keberadaan dan kebesaranNya bisa tercakup seluruhnya di dalam sebuah kata yang disebut "agama". Seperti saya tulis di atas, secara universal agama adalah sebuah sarana atau iman atau kepercayaan untuk mencapai Tuhan. Dengan agama inilah kehidupan manusia diyakini akan menjadi lebih baik secara moral dan secara peradaban sehingga berkenan kepada PenciptaNya.Â
Sumbangan dari pemikiran saya adalah: jika agama itu dihina, penganutnya seharusnya menjawab dengan menunjukkan sifat  keTuhanan dalam sikap dan tindakan dalam kehidupan, menunjukkan bahwa Tuhan yang mereka yakini adalah Tuhan yang maha pengasih dan penyayang. Hampir tidak mungkin orang setuju jika kita menyebut Tuhan (regardless apaupun agamanya) adalah Tuhan yang pemarah dan mudah tersinggung.Â
2. Menista Tuhan jauh lebih serius dari pada menista agama.