Saya kebetulan pada saat itu berjalan-jalan ke bagian barat Pulau Yapen untuk melihat dan menikmati pemandangan alam yang begitu indah. Namun ada satu hal yang sangat buruk bila dipandang dari sudut pendidikan untuk masa depan anak bangsa di daerah ini.
Pada suatu pagi saya bertemu dengan enam orang anak SD yang sedang bermain di depan halaman Puskesmas, saya menghampiri mereka dan bertanya kepada mereka. Kenapa kalian tidak sekolah? Kami libur kaka!!, jawab salah seorang dari mereka sambil tersenyum malu. Saya kembali bertanya, sudah berapa lama kalian libur??? Sudah satu bulan lebih kk!!, guru-guru kami ada kegiatan di kota.
[caption id="attachment_339025" align="aligncenter" width="300" caption="Beberapa siswa SD Yang Libur Sebulan (dok.pri)"][/caption]
Saya diam sejenak setelah itu saya coba mengajak mereka untuk pergi melihat-lihat sekolah mereka. Ayo kami pergi kaka kata mereka serentak, kami pun berjalan menulusuri pinggiran pantai dan rumah warga menuju Sekolah mereka. Jarak dari Puskesmas ke SD tersebut ± 250 meter sehingga dalam perjalanan anak-anak ini bermain tanpa ada beban di pikiran mereka tentang masa depan mereka kelak.
Tak terasa kamipun tiba di halaman sekolah tersebut, saya melihat pintu kantor dan beberapa ruang kelas tertutup rapat tandanya bahwa memang benar mereka libur. Semakin penasaran saya bertanya lagi kepada anak-anak ini, berapa banyak jumlah guru di SD ini? Ada 5 orang kaka jawab Josua, terus guru-guru ini berasal dari daerah mana? Mereka orang dari daerah ini.
[caption id="attachment_339027" align="aligncenter" width="300" caption="Halaman SD (dok.pri)"]
Setelah melihat SD tersebut kami pun kembali, ke enam anak tadi mereka kembali bermain dan saya kembali ke rumah tempat saya nginap. Banyak pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam benakku terkait sekolah yang liburnya hingga sebulan.
Sore hari saya bertemu kepala kampung dan beberapa orang tua untuk menanyakan tentang kondisi SD yang liburnya hingga sebulan. Mereka mengatakan bahwa SD yang saya maksudkan tadi memang sudah biasa libur (sudah lama begitu pa) kata mereka, para siswa pada SD ini mereka masuk sekolah mungkin hanya seminggu setelah itu libur lagi, alasannya karena guru-guru ada kegiatan ke kota untuk mengurus dapodik.
Kalau semua guru dengan alasan mengurus dapodik, bagaimana dengan kemajuan SDM anak-anak di kampung ini? Apakah dengan mengurus dapodik anak-anak bisa pintar? Dapodik memang perlu untuk sekolah sebagai kepentingan berbagai program di sekolah, tetapi bukan berarti guru meninggalkan tempat tugas.
Dinas Pendidikan setempat harus memonitoring sekolah-sekolah yang di daaerah pesisir dan pedalaman serta menindak tegas para guru yang tidak melaksanakan tugas, jangan hanya teguran yang diberikan tetapi kalau bisa berikan sangsi yang berat.
Ini realita yang terjadi di lapangan, saya coba mengajak beberapa anak-anak untuk membaca namun mereka malu karena tidak tahu membaca. Akhirnya saya mengajak mereka ke pantai, disana kami bermain sambil belajar tentang tanaman-tanaman lokal yang mereka ketahui.
[caption id="attachment_339015" align="aligncenter" width="300" caption="Senang setelah bermain (dok.pri)"]
Asyik bermain hingga air laut telah pasang sehingga kami pun bergegas pulang ke kampung, dalam perjalanan anak-anak berkata “kaka besok kitong main lagi e, tapi di pantai depan puskesmas biar kitong kase bersih kotoran-kotoran (sampah) yang ada di sana. Saya pun mengangguk sambil ngos-ngosan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H