Mengapa sebuah negara tidak mencetak uang yang banyak untuk mencukupi kebutuhan rakyat mereka yang kekurangan atau melunasi utang negara. Pernahkah kalian berpikir seperti demikian?. Jika kalian pernah berpikir namun tidak mengetahui jawabannya atau bahkan tidak pernah terbesit di pemikiran kalian, maka berikut penjelasan mengenai pertanyaaan tersebut.
Apabila pernyataan diatas benar dan dapat diterapkan, maka hal tersebut mungkin sudah diterapkan dari dahulu dan seluruh negara saat ini akan terbebas dari kemiskinan. Tapi Faktanya hal tersebut akan menyebabkan dampak negatif terhadap sistem perekonomian negara tersebut. Mengapa? Karena dengan mencetak uang yang sangat banyak,Â
tentu uang tersebut akan mengalir ke tangan masyarakat sehingga msyarakat akan merasa mudah menghadapi keadaan karena memiliki uang yang melimpah, membeli barang dengan mudah dan jika terus menerus dilakukan maka barang-barang akan menjadi langka. Hal ini akan menyebabkan inflasi atau kenaikan harga barang secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu, kenaikan harga ini terjadi akibat permintaan barang lebih banyak dari stok barang.
Kita sudah tahu bahwa dampak dari pencetakan uang yang berlebihan dapat menyebabkan inflasi. Sebagai salah satu contoh inflasi, pada tahun 2008, Zimbabwe mengalami hiperinflasi dikarenakan mereka mencetak uang yang banyak untuk keperluan pemerintahan dan negara yang saat itu mengalami penurunan ekspor,Â
penurunan ekonomi dan masalah kemiskinan masyarakatnya. Hasilnya pada tahun tersebut, Zimbabwe mengalami hiperinflasi hingga saat ini. Pengedaran uang yang berlebihan akan menyebabkan harga barang naik dan membuat nilai mata uang berkurang sehingga perlu waktu yang cukup lama untuk memulihkan kondisi ekonomi negaranya.
Apabila terlalu banyak mencetak uang akan menyebabkan inflasi, namun terlalu sedikit juga mungkin akan menyebabkan dampak negatif lainnya. Nah, berapa sih batas pencetakan uang di tiap-tiap negara? Sebenarnya tidak ada ketentuan pasti  seperti 400 triliun atau 500 triliun untuk batas pencetakan uang.Â
Namun secara umum, ketentuan pencetakan uang tersebut dengan memperhatikan asumsi tingkat inflasi, asumsi pertumbuhan ekonomi, perkembangan teknologi, kebijakan perubahan harga rupiah, kebutuhan masyarakat terhadap jenis pecahan Uang tertentu dan tingkat pemalsuan.
Jadi kesimpulannya, mencetak uang terlalu banyak akan menyebabkan sebuah inflasi dalam kurun waktu tertentu sehingga pencetakan uang harus dibatasi dan didasarkan oleh ketentuan-ketentuan tertentu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H