Siapa yang tak kenal dengan budaya displin waktu di Jepang?
Sebagian dari kita mungkin banyak tahu mengenai informasi ini melalui berita-berita atau media sosial yang setiap hari kita gunakan. Tapi, apakah kita tau bagaimana sejarahnya? Mari kita ulas!
Sebelum lanjut, mari kita simak beberapa kisah ketepatan waktu di Jepang.
Di tahun 2018, ada kisah menarik dari perjalanan kereta yang dikelola JR-West Railway. Suatu hari, ada kereta yang tiba lebih cepat di stasiun. Bagi kita hal ini biasa saja, tetapi bagi masyarakat Jepang khususnya yang akan menjadi calon penumpang di hari itu langsung melakukan protes kepada pengelola.
Selanjutnya, diawal tahun 2019 lalu, Menteri Olimpiade Yoshitaka Sakurada sempat mendapat kecaman keras dari pihak oposisi di parlemen. Sakurada dianggap menunjukan sikap tak hormat serta menyebabkan tertundanya rapat selamat lima jam, karena terlambat datang selama tiga menit. Beberapa hari kemudian, beliau meminta maaf secara terbuka di depan publik.
Kedua kejadian tersebut seolah menjadi hal yang biasa di Indonesia. Ini berbeda dengan masyarakat Jepang yang sangat menghargai ketepatan waktu. Bagi mereka keterlambatan akan membuat orang merasa tak nyaman karena harus menunggu. Lalu, sejak kapan Jepang menjadi negara yang sangat menghargai waktu? Ini sejarah singkatnya...
Semula bermula, ketika Putra Mahkota Mutsuhito yang waktu itu berusia 15 tahun naik takhta menggantikan ayahnya, Kaisar Komei. Pengangkatan itu terjadi pada 3 Februari 1867 dan dikenal dengan mulainya era atau zaman Meiji. Di zaman ini, pemerintah Meiji banyak mengirimkan delegasinya ke Barat (AS, Jerman dan Inggris). Tujuan dari pengiriman ini ialah untuk mempelajari kebudayaan Barat yang dianggap dapat memajukan bangsa serta mencari jalan keluar untuk mengubah sistem pemerintahan. Selain itu, perjalanan eksplorasi kebudayaan Barat ini akan mampu mengubah tradisi yang sangat tidak "kebaratan" dalam artian hidup boros, malas, mabuk-mabukan dan tidak tepat waktu.
Eksplorasi kebudayaan Barat ini dikenal dengan istilah Sekaitsu Kaizen, tokoh-tokoh ternama dalam mengemban misi ini adalah Iwakura Tonomi, Kaneko Kentaro dan Suematsu kencho.
Dobrakan ini, membuat Kekaisaran Meiji mampu menerapkan reformasi industri dan militer. Sehingga ketepatan waktu mulai menjadi hal yang sangat penting. Ketepatan waktu menjadi kunci kesuksesan Jepang hingga akhirnya sejajar dengan negara-negara Barat. Memasuki abad 20, pemerintah Jepang semakin gencar mempromosikan ketepatan waktu dan menghemat waktu hingga menyebarkan poster-poster terkait ketepatan waktu. Disiplin waktu kemudian dihubungkan dengan budaya ketimuran, yaitu membuat orang lain merasa tidak nyaman ketika akan menunggu.
Sejak saat itu Jepang meraih perkembangan yang sangat pesat dan disiplin waktu menjadi tradisi sampai hari ini. Tradisi positif ini menjadi salah satu acuan negara-negara berkembang untuk memajukan negaranya. Bagaimana dengan negara kita? Apa harus mulai dari pemerintah atau diri sendiri?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H