Mohon tunggu...
Piere Barutu
Piere Barutu Mohon Tunggu... Administrasi - Citizen Journalism

Email : pierebarutu@gmail.com .

Selanjutnya

Tutup

Money

Jakarta di Mata Pedagang Rantau

19 Juni 2012   14:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:46 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kota Jakarta gedungnya megah kalau orang yang pulang mudik pasti bawa duit banyak, gadis kampung bisa berubah menjadi seperti model dan artis di televisi kalau sudah kerja di sana, membuat kedua teman saya tukang soto dan sate tidak dapat menahan mata, hati yang tergoda untuk ikutan menjadi genit.

Banyak orang di daerah ingin mengunjungi Jakarta untuk melihat Monas dan segala kemegahan Ibukota, begitu Cak Aconk panggilannya, semenjak sekolah setingkat SMP dia acap kali berkunjung ke rumah saudaranya di kebayoran baru, kemudian memantapkan diri menetap pada tahun 1987 dan berjualan sate ayam di bilangan Fatmawati Jakarta selatan, tahun berikutnya pindah ke Kelapa Gading Jakarta utara.

Mengipas sate menggunakan arang dari batok kelapa di kerjakannya, banyak artis dan pejabat sudah menjadi langganan, terhitung 2 orang mantan politisi kerap memesan satenya kadang mereka bersama keluarga, seringnya sih sendiri, larut malam baru datang makan bang, mungkin baru selesai rapat begitu laki - laki berpenampilan santai  ini menceritakan dengan bangga tentang para penikmat hasil sate racikannya.

[caption id="attachment_183583" align="aligncenter" width="442" caption="Cak Aconk sedang beraksi, photo oleh Piere Barutu"][/caption]

Menenteng kardus berisi sate yang telah dikerjakan bersama keluarga di Kebayoran setiap hari di lakoni bujangan ini ( pengakuannya ), naik bus kota jurusan Mayestik pasar Senen yang saat itutarifnya Rp 50 di lanjutkan ke Kelapa gading Rp 150, tidak ada hari libur apalagi sabtu dan minggu, justru hari itu ramainya para pembeli, ucap Cak Aconk.

Pengalaman paling pahit di awal berdagang saat kardus berisi ratusan tusuk sate ayam siap bakar, di copet orang di bus sekitar pasar baru Jakarta pusat dan baru di ketahui hilang saat hendak turun di pasar senen dari informasi orang di dalam bus, kardus satenya di bawa sekelompok orang yang mereka semuanya turun di Pasar baru, tanpa menunggu lama Cak Aconk segera berbalik ke sana dan menemukan kardusnya sudah berantakan di dekat taman pertokoan, disitulah dia menangis memandangi dagangannya yang telah berantakan.

Lain lagi Paijo kelahiran1969 sahabat saya yang bekerja di Restaurant Soto masakan Jawa timur karena di Tuban susah mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, bersama isteri datang ke Jakarta dengan dengan tekad bulat, menjadi pelayan, mencuci gelas serta piring bahu membahu bersama isteri, setiap hari jam 05.00 pagi sekarang ini tugasnya adalah menggodok ayam sepanci besar, memasak air dan lainnya. 13 tahun sudah udara Jakarta di tarik mereka menjadi nafas kehidupan dan hasilnya sebuah rumah telah berdiri untuk kedua anak di Tuban Jawa Timur.

[caption id="attachment_183585" align="aligncenter" width="410" caption="Artis yang telah merasakan soto olahan Paijo, Photo oleh Piere Barutu"]

1340118174344397373
1340118174344397373
[/caption]

Sedangkan Cak Aconk, tidak lagi naik bus kini motor sudah menjadi sarana transportasi, menurutnya Jakarta dulu naik bus ditempuh 1 jam  sekarang naik motor bukannya tambah cepat malah bisa lebih dari satu jam perjalanan, karena padatnya jalanan Cak Aconk lebih memilih menutup usahanya diatas jam 23.00, suipaya lancar bang, katanya.

Pilihan, harapan mereka dan saya untuk Jakarta yang pasti walau kami berbeda – beda tetapi satu harapan yang sama Jakarta dapat menjadi tempat yang damai serta sejahtera penduduknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun