[caption id="attachment_348976" align="aligncenter" width="506" caption="Foto dari : Telegraph.co.uk"][/caption]
Ibu ini adalah anak keenam dari delapan bersaudara pasutri Jose Cojuangco dan Demetria Sumolong. Maria Corazon Sumolong Aquino Conjuangco, diangkat menjadi Presiden ke-7 Filipina pada tanggal 25 Februari 1986, ia adalah presiden wanita pertama di Filipina dan juga presiden wanita pertama di Asia, wanita lemah lembut dan memiliki kesan sederhana ini di lahirkan tanggal 25 Januari 1933.
Kita mengenal sosok mempesonanya dengan nama Cory Aquino. Ia menempuh pendidikan di Amerika Serikat dan lulus tahun 1953 sebagai Bachelor of Arts dalam bahasa Prancis. Setelah tamat Cory kembali ke Filipina dan menikah dengan seorang politikus Benigno Servillano Aquino. Kegiatan rutin sebagai ibu rumah tangga dan setia mendampingi suami ia jalani seperti kebanyakan para ibu.
Suasana Filipina yang memanas menjelang masa akhir jabatan Presiden Ferdinand Marcos semakin menjadi ketika pemerintah mengumumkan keadaan perang di bulan September 1972 dengan niat untuk tetap berkuasa. Suami Cory tampil sebagai lawan politik dari Ferdinand Marcos. Akibat dari sepak terjangnya, Benigno (Ninoy) ditangkap dan diancam hukuman mati. Di sinilah kita bisa melihat awal mula Cory bersikap sebagai seorang istri ‘tahan banting’ yang bisa menginspirasi wanita di seluruh dunia.
Dalam setiap waktu ia selalu mengandalkan Tuhan untuk menjaga keluarganya melalui kekuatan doa dengan menghadiri perayaan ekaristi dan menguntaikan doa rosario setiap harinya. Di tahun 1978 Ninoy suaminya ikut dalam pemilihan anggota parlemen dari dalam tahanan. Di sinilah Cory mulai tampil mengasah kemampuan politik dengan tampil dalam kampanye.
Presiden Marcos yang mulai merasa khawatir dengan gerakan-gerakan prodemokrasi akibat intervensi banyak pihak akhirnya dengan pertimbangan kenyamanan Marcos mengijinkan Benigno yang menderita sakit jantung mengasingkan diri bersama keluarganya ke Boston Amerika Serikat selama 3 tahun. Pada tanggal 21 Agustus 1983, dilandasi kecintaan akan tanah air Benigno seorang berdedikasi justru memilih pulang ke Filipina untuk memimpin gerakan prodemokrasi melawan pemerintahan otoriter Marcos. Namun, langkah Ninoy terhenti. Di Manila International Airport, ia ditembak mati. Beberapa hari kemudian di upacara pemakaman, Cory istrinya bersama lebih dari 2 juta orang yang mengenakan pita-pita kuning sebagai lambang keberanian/perjuangan datang ke pemakaman untuk memberikan penghormatan terakhir.
Di bulan November 1985, Marcos yang telah berkuasa selama 20 tahun mengumumkan pemilihan presiden dadakan yang akan di langsungkan di bulan Februari 1986, di sela 2 tahun itu rupanya Cory Aquino tidak berpangku tangan ia kerap turun langsung dalam aksi-aksi melawan Marcos, pebisnis Don Joaquin Roces yang pertama meyakinkan Cory untuk maju melawan tirani Marcos dengan maju sebagai kandidat presiden, sebenarnya ibu dari 5 anak satu laki-laki dan empat perempuan ini tidak mau di calonkan, berkat kegigihan Roces yang berhasil mengumpulkan sejuta tanda tangan dukungan dalam seminggu membawa Cory untuk berdoa dan mendengar “suara Tuhan” di sebuah biara Katolik, sampai ia mantap untuk maju mencalonkan diri.
Hasil pemilihan tanggal 7 Februari 1986 Marcos dinyatakan menang tipis, sedangkan menurut pihak Cory Aquino, mereka menang 25% suara. Merasa ada kecurangan, ratusan ribu rakyat Filipina turun ke jalan menyatakan dukungan kepada Cory Aquino. Begitu juga pendukung Marcos. Situasi yang mencekam itu membuat jutaan rakyat tergerak untuk bergabung membentuk people power selama dua minggu bagi Cory Aquino. Karena terlalu banyak tekanan, Marcos dan keluarga keluar dari Filipina menuju Hawaii dan tiga tahun kemudian ia meninggal.
Demikianlah Cory seorang ibu rumah tangga yang sederhana, putri dari keluarga tuan tanah, janda dari seorang pejuang yang pernah ditindas Marcos, akhirnya berhasil memetik buah dari kegigihanperjuangan. Corazon Aquino di masa pemerintahannya membebaskan lebih dari 500 tahanan politik.
Jika diingat kembali dari sosok lembut keibuannya tersirat banyak kelemahan, tetapi siapa sangka ia sampai kini tercatat sebagai tokoh demokrasi yang disegani dan memiliki pendirian teguh. Kebijakannya tidak mudah dipatahkan oleh lawan-lawan politiknya, sehingga dapat meraih hati masyarakat Filipina. Selagi pemerintahan berjalan, ia pernah mengalami sembilan kali percobaan kudeta. Banyak pihak sebelumnya meramal Cory hanya seorang ibu lugu yang akan segera terseok-seok dan berujung terjerembab tidak mampu bertahan melewati masa jabatannya, tapi dengan kehendak Tuhan ia berhasil membuktikannya berbeda.
[caption id="attachment_348979" align="aligncenter" width="478" caption="Foto Cory dan keluarga dari :filipiknow.net "]
Setelah tidak lagi menjabat dalam pemerintahan, Corazon Aquino mengisi kesehariannya dengan aktif di yayasan-yayasan sosial. Ia mencari dana dengan menjual hasil karya lukisannya. Cory yang menderita kanker usus kronis wafat pada tanggal 1 Agustus 2009 di usia 76 tahun. Sebelum kematian menjemput, ia sempat menyampaikan pesan kepada keluarga untuk mengadakan misa arwah di gereja kecil saja. Banyak sumber menuliskan mantan presiden ini ‘merasa sudah tinggalkan/dilupakan oleh rakyat’. Dalam pikirnya tidak akan banyak pelayat yang datang di kala ia menutup mata nanti.
Tetapi pikiran manusia tidaklah selalu sama dengan kehendak Ilahi, di hari terakhir itu jumlah pelayat yang hadir mencapai 120.000 orang, sehingga tanggal 3 Agustus jenasah Cory segera pindahkan dari kapel sekolah katolik La Salle Green Hills ke Manila Cathedral, Dalam catatan gereja katolik, ini termasuk peristiwa langka, jenasah Cory adalah pertama kalinya orang awam yang di semayamkan di situ.
[caption id="attachment_348978" align="aligncenter" width="634" caption="Foto dari : Telegraph.co.uk"]
Iringan lagu berjudul I have fallen in love yang berasal dari puisi karangan suaminya Ninoy pada ulang tahun pernikahan ke 19 mereka merdu terlantun melepas jenasah dari Katedral, seandainya Cory bisa mendengar dan melihat tentu ia akan terharu, sebab keluarga dan masyarakat Filipina tidak pernah melupakannya, dari catatan harian saya dan sejarah dunia biasanya nilai-nilai kebaikan seorang pemimpin akan terangkat kembali dan bisa menjadi kenangan terindah di waktu sosok itu sudah pergi untuk selama-lamanya, di sepanjang jalan pada prosesi menuju tempat pemakaman di Manila Memorial Park, masyarakat Filipina dalam dukacita mendalam turut menghantarkannya ke peristirahatan akhir sambil berseru- seru LABAN ( BERJUANG ) !
Semoga saja semangat dan karakter kuat dari mantan presiden Filipina ini bisa di jadikan inspirasi bagi para pemimpin, politisi, ibu – ibu rumah tangga dan kita semua, Merdeka !
*Aku bukan pahlawan seperti Mandela, yang paling tepat untuk mendeskripsikan aku, ibu rumah tangga biasa.
*Sebagai istri aku tidak pernah melewatkan kesempatan mendampingi suamiku atau mencarinya setiap saat ketika ia ditangkap dan dibawa entah ke mana, selama tujuh tahun setengah aku duduk di depan jeruji penjara dengan makanan dan buku-bukunya selama di perkenankan.
*Tanggal 30 Juni 1992 aku turun dari kedudukanku sebagai presiden dan menyerahkan posisi itu pada penggantiku, itulah yang di tebus dari kematian suamiku itulah kemenangan demokrasi yaitu perpindahan kekuasaantanpa di dahului pertumpahan darah, melainkan sesuai hukum aturan yang berlaku.
Sebagian isi pidato Corazon Aquino 11 Oktober 1996
82 tahun Corazon Aquino
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H