[caption id="attachment_174310" align="aligncenter" width="586" caption="Bule sedang belajar ngipas sate ayam lokasi Kelapa Gading, photo dok penulis"][/caption]
Kegemaran saya memelihara ayam sebenarnya sejak masa kecil hobi ini di turunkan oleh orang tua yang memanfaatkan sisa katering dari dapur kantornya, sekarang ternyata ayam termasuk menjadi pilihan menu kuliner. Dalam menjalankan bisnis yang berangkat dari hobi adalah keuntungan tersendiri, karena paling tidak kita sudah menguasai dasar - dasarnya, apalagi bagi yang baru ingin memulai usaha, tidak perlu menghayal tinggi – tinggi memiliki bisnis wah, dagang harus modal selangit, kreatif dan rumit , cukup tahan banting tekun dan sabar saja, bisnis makanan menjadi alternatif bisnis yang tidak ada matinya, setuju ?..., alasannya adalah semua orang butuh makan dan rutin menjadi kebutuhan hidup paling penting.
Makanan apa itu, kali ini saya mencoba untuk melihat bisnis makanan yang menu utamanya adalah ayam, mulai ayam petelur, ayam negeri atau ayam kampung, ketiga jenis ayam ini merupakan ayam yang sangat mudah di pelihara serta di jadikan sumber penghasilan tambahan bahkan mata pencarian utama
Pasaran untuk ayam kampung sekarang ini di jual antara Rp 35.000 – 50.000 sekilonya, ayam ini dapat di pelihara di segala tempat, situasi dan makanannya sangat mudah, di pasaran pakan ternak dijual berbagai jenis makanannya, seperti dedak, pour, selain itu berbagai jenis daun tumbuhan juga dapat digunakan sebagai pakan tambahan, saya sekarang ini memberikan batang, akar serta daun bayam liar yang dapat tumbuh dimana saja. Ketka piaraan ini berumur lebih dari4 – 5 bulan biasanya beratnya sudah lebih dari 1 kilogram dan itu merupakan standar untuk konsumsi, juga standar permintaan pasar ayam pedaging, untuk ayam negeri umur siap potong bisa lebih muda tergantung pakan dan vitamin yang di berikan.
[caption id="attachment_174308" align="alignnone" width="636" caption="Ayam kampung milik penulis"]
Menjual ayam peliharaan
Kemana ayam – ayam piaran ini dapat di distribusikan, melalui jaringan sederhana saja kita dapat menjualnya, seperti ke penjual nasi uduk yang setiap pagi di Jakarta membuka lapak – lapak di pinggir jalan dan di perumahan, hampir semua penjual nasi uduk di pagi hari ini membutuhkan ayam lebih dari 1 ekor / harinya, sedangkan di malam hari para tukang sate ayam sudah jelas siap membeli jika harga bersaing, lebih murah dari harga pasar. Sedangkan jika memelihara ayam untuk telur – telurnya, harga yang di jual di pasaran untuk 1 petinya ( 15 kg ) di jual dengan harga Rp 255,500, cukup menggiurkan karena 1 ayam petelur mampu menghasilkan lebih 1 kg setiap bertelur.
Salah satu tukang sate yang berasal dari Madura, mampu mendapatkan omzet per bulannya lebih dari Rp 30 juta jika sering mendapatkan pesanan, dengan keuntungan bersih lebih dari 15 %, pendapatan yang lebih besar dari gaji UMP DKI Jakarta dan sekitarnya, tukang sate ini hanya bekerja kurang lebih 7 jam saja,  pesanan yang didapatkan lebih dari 1000 tusuk untuk berbagai acara, bahkan beberapa mantan politisi ternama dan para perantau di luar negeri yang kembali ke Jakarta banyak sudah menjadi langganan, ketika kembali ke tanah air selalu menjadikan sate ayam racikannya menjadi menu impian.
Begitu juga rumah makan yang menyajikan menu pilihan ayam, ayam goreng, ayam penyet, ayam bakar dan soto ayam, semua mereka membutuhkan ayam sebagai bahan bakunya, salah satu rumah makan dengan menu khasnya soto ayam bahkan mampu mendapatkan omzet sangat bagus
Bermula dari senang memelihara ayam, di lanjutkan membuka usaha makanan menu ayam, sekiranya bukanlah impian atau usaha yang muluk berlebihan, walaupun sekarang sering ada masalah dengan penyakit unggas flu burung, tetapi dalam menjalankan usaha tantangan serta segala hambatan adalah hal yang wajar dan biasa, tidak perlu gusar, tidak perlu putus asa, maju terus mewujudkan harapan.
MERDEKA !!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H