Mohon tunggu...
Piere Barutu
Piere Barutu Mohon Tunggu... Administrasi - Citizen Journalism

Email : pierebarutu@gmail.com .

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ada Kain Benang Emas dan Ulos Gendongan Bayi di Museum Tekstil

25 April 2014   05:40 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:13 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_304483" align="aligncenter" width="448" caption="Tamu / Pengunjung di Museum Tekstil Jakarta, Foto oleh Piere barutu"][/caption]

Bangunan gedung ini ternyata pernah di gunakan sebagai markas besar Barisan Keamanan Rakyat ( BKR ) dari depan jalan rayaK.S Tubun Jakarta Barat. Setiap orang dapat menduga gedungdengan aristektur bergaya Art Craft ini menyimpan banyak cerita sejarah yang pernah terjadi di sekitar Jakarta. Pagi tadi saya yang di liputi keingin tahuan, mendapatkan informasi dari brosur yang tersedia dan melalui petugas di sana. Bangunan ini di resmikan menjadi Museum Tekstil oleh Ibu Tien Soeharto pada tanggal 28 Juni 1976.

Sebenarnya ada beberapa bangunan sejenis di kompleks ini yang di pergunakan antara lain sebagai tempat perpustakaan dan galeri batik, galeri batik ini ternyata baru di resmikan pada tanggal 2 oktober 2010 hasil kerja sama dengan Yayasan Batik Indonesia. Sebelum memasuki ruang display yang memamerkan kain tekstil dari seluruh Nusantara setiap pengunjung dewasa per orangan di kenai retribusi Rp 5000. Di setiap area ruangan pengunjung bisa menemukan berbagai macam jenis / motifkain tenun dan sulaman tanganseperti tempat menyimpan uang masyarakat Kalimantan yang terbuat dari katun dan benang emas. Di sana saya sedikit bernostalgia ‘saat masih baru di lahirkan’ sewaktu memandangi Ulos  Sadum dari Tapanuli Utara Sumatera Utara, kain sederhana itu menurut cerita orang tua biasa di berikan oleh Kakek ( Ompung ) kepada cucunya yang baru lahir, untuk di pakai sebagai gendongan atau di letakkan di atas daun pintu kamar si bayi, diantara koleksi kain – kain indah nan cantik yang di pajang ternyata berasal dari sumbangan masyarakat seperti para desainer.

[caption id="attachment_304485" align="aligncenter" width="336" caption="Ulos Koleksi Museum Tekstil, Foto oleh Piere Barutu"]

13983531741735704042
13983531741735704042
[/caption]

[caption id="attachment_304487" align="aligncenter" width="345" caption="Pundi-Pundi Ombak Kalimantan, Foto oleh Piere Barutu"]

13983532461929588743
13983532461929588743
[/caption]

[caption id="attachment_304493" align="aligncenter" width="448" caption="Kebun / Taman Serat, Foto oleh Piere Barutu"]

1398353500120621814
1398353500120621814
[/caption]

[caption id="attachment_304494" align="aligncenter" width="448" caption="Taman Pewarna Alam, Foto oleh Piere Barutu"]

13983535791827739483
13983535791827739483
[/caption]

Pada bagian belakang ruang display ada taman yang di tanami tumbuhan – pohon yangbisa digunakan sebagai sumber warna alam untuk menorehkan berbagai warna dan penghasil bahan serat kain, diantaranya adalah pohon Pinang untuk mendapatkan warna coklat, pohon Trengguli yang bisa memberikan warna krem. Dari taman ini pengunjung dapat melihat model keseluruhan bangunan, Museum ini sangat mirip dengan beberapa rumah sakit di Jakarta.

Pagi tadi Museum Tekstil yang memiliki 70 koleksi peralatan, 150 koleksi busana, 886 koleksi kain batik dan 819 koleksi kain tenunan, ini di kunjungi oleh rombongan murid sekolah dasar dari SD Negeri Curug 3 Depok. Para pelajar ini tampak antusias mengikuti kunjungan, saat petugas pemandu dari Museum Tekstil menanyakan apakah di antara mereka sudah ada yang pernah ke sini, ternyata tidak ada satupun dari mereka yang mengaku pernah datang. Saat mengikuti pelatihan membatik, murid – murid sekolah dasar itu di bagi dalam beberapa kelompok yang setiap kelompok terdiri dari 5 orang. Karena para peserta yang datang adalah anak – anak, petugas Museum berkali – kali mengingatkan supaya berhati – hati, jika nanti ada yang terkena lilin panas jangan diusap atau di garuk, segera beritahu petugas untuk di berikan obat salep kulit.

[caption id="attachment_304490" align="aligncenter" width="448" caption="Anak Sekolah Membatik, Foto oleh Piere Barutu"]

13983534251287252898
13983534251287252898
[/caption]

[caption id="attachment_304495" align="aligncenter" width="448" caption="Museum Tekstil Jakarta, Foto oleh Piere Barutu"]

13983536521979692289
13983536521979692289
[/caption]

Tampaknya setiap orang yang sudah berkunjung ke Museum Tekstil Jakarta harus memberikan apresiasi dan meningkatkan rasa memiliki akan kerajinan asli bangsasebagai warisan budaya yang tidak boleh punah begitu saja, apalagi sampai di klaimoleh negara lain. Satu lagi sebagai catatan penutup hasil kunjungan tadi pagi dari Museum yang lokasinya hanya berjarak beberapa ratus meter dari Pasar Tanah Abang. Kepada pengelolanya dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemprov DKI jakarta, beberapa bagian Museum atap dan temboknya ada yang keropos dan sepertinya memerlukan perawatan, sehingga penampilan bangunan akan seirama dengan karya cantik yang tersimpan di di dalamnya.

Merdeka !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun