Mohon tunggu...
Pidri Esha
Pidri Esha Mohon Tunggu... -

Seorang petani yang ingin belajar menulis..

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Terima Kasih Pak, PAJEROnya

27 Agustus 2012   02:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:17 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kulirik jam yang melingkar di tangan 9.30 wib, janji dengan klien, seorang pimpinan di sebuah lembaga. Wah bisa telat nih, pikirku. Dengan kecepatan tinggil, kularikan kendaraan ke arah timur. Uupss, macet, suara lengkingan klakson dan asap kendaraan beterbangan membentuk lingkaran meliuk membuat para pengendara terbatuk dan menggerutu dengan bahasa masing-masing, mungkin bagi sebagian orang hal tersebut sesuatu yang menjengkelkan tapi bagiku itu sebuah sonata yang indah, ya kebisingan dan kemacetan di jalan raya puluhan bahkan mungkin ratusan kendaraan berjejal memenuhi badan jalan yang tidak seberapa lebar. Mataku menatap lurus pada lajur kendaraan yang serupa ular memanjang dan aku seperti sisik di sebelah dalam terasa pengap dan berat.Bulir peluh perlahan menetes menahan rasa panas yang menyengat.

Tepat jam 10, tiba di lokasi. Senyum security membuat pikiran agak tenang. Setelah basa-basi, aku menuju ruangan beliau (pimpinan lembaga). Ketukan halus pada daun pintu. Terdengar suara sepatu beradu dengan lantai menuju ke arahku. Sreett, dan pintu terbuka, sesosok PENDEKAR (Pendek Kekar) tersenyum.

"Oohh, Mas yang tadi nelpon ya. Ma'af mas, saya lagi ada jadual sampai jam 12. Gimana, mau nunggu atau besok kesini lagi?" Ujarnya tanpa jeda.

Aku terdiam sejenak, "Saya tunggu saja pak", jawabku tersenyum lega.

Setelah itu beliau mempersilahkan aku duduk. Hemm, ruangan yang lumayan sejuk. Dindingnya berhiaskan beberapa lukisan yang menarik perhatianku dan satu pot palem di sudut ruangan ikut meramaikan ruangan tersebut. Selera tinggi terlihat dari lukisan yang terpampang begitu artistik. Selama menunggu, apa yang aku lakukan? Fikiranku mulai fokus menyusun kalimat-kalimat yang akan kusampaikan kepada beliau. Tak lama kemudian hape berdering, terdengar nada panggil, KITARO, musik kesukaanku. Sekilas kulirik layar hape, partner, apalagi nih pikirku. Ternyata cuma mau nanyain, "Dimana? Posisi?". Weleeehh..ckckck..

Akhirnya setelah dua jam aku menunggu dengan perasaan gelisah, beliau masuk ke ruangan. Sembari tersenyum, lagi-lagi ia berucap, "Ma'af mas, ngerepotin, menunggu saya". Aku tersenyum, duuh, nih bapak baik amat ya. Jarang-jarang lho ada pimpinan seperti itu, heuheu..

Tidak seperti dugaanku, ternyata beliau sangat familiar, dan terjalinlah percakapan yang hangat, ngobrol ngalor ngidul, lalu kuutarakan tujuan kenapa aku menemui beliau. Jawabannya sangat menyenangkan, beliaupun langsung memanggil para wakilnya minta pendapat. Ternyata setali tiga uang, klop daahh..

Jam 01.00 wib tak terasa waktu berjalan, kemudian aku pamit, tak lupa berjabat tangan. Sembari berjalan menuju parkiran, aku sempatkan bertanya,

"Pak, boleh nanya!"

"Silahkan, silahkan mas, mau nanya apa"

"Ma'af pak sebelumnya, tadi saya mengamati bapak sepertinya ada sesuatu yang bapak kuasai?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun