Mayang, itulah nama panggilan primadonanya begitu selalu lelaki-lelaki memanggilnya tubuhnya tinggi semampai, bodinya aduhai rambutnya yang tergerai hitam, harum semerbak mewangi warna kulit kuning langsat laksana ikan sepat ** Namanya yang asli ialah Warsiyem nama yang segera membangkitkan sebuah desa kecil desa kelahirannya, yang sering dilanda banjir atau kemarau panjang bahkan berada di dalam lingkaran setan bernama kemiskinan Ia pernah kawin, lantaran sudah dua tahun tidak juga hamil Ia dicerai, lalu Ia merantau ** Tapi bukan kekecewaan cinta yang mengantarkannya di pangkuan kehidupan malam Tentulah kemelaratan jua yang menjeratnya mencampakkannya di kompleks lokalisasi Pasar Kembang ** Oh, tidak! Ia tidak tercampak Ia hanya tercabut dari lumpur kemelaratan direngkuh kegembiraan yang riuh serta padat wangi arak Ia dinobatkan menjadi primadona ** Ia pernah berada di puncak karier profesinya menjadi primadona entah sudah berapa banyak laki-laki dibuatnya sangsi, gelisah, mabuk rindu birahi atau tega meninggalkan anak isteri Ia juga telah pernah mengalahkan sekian gumpal kesedihan Ia telah pernah berhasil melonggarkan cekikan belenggu kemiskinan yang membelit hidupnya meski cuma untuk sementara ** Akhirnya kesementaraan, waktu jua, yang menyeretnya turun dari panggung sukses tempatnya bertakhta Ketika datang wanita yang lebih muda, lebih cantik, lebih seksi, Ia segera dilupakan orang Semakin lama Ia kian terlupakan Sampai akhirnya Ia memilih hidup di jalanan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H