Mohon tunggu...
Siswa Rizali
Siswa Rizali Mohon Tunggu... Konsultan - Komite State-owned Enterprise

econfuse; ekonomi dalam kebingungan

Selanjutnya

Tutup

Financial

Investasi Surat Utang Negara di Tengah Gejolak Finansial

15 Oktober 2018   09:00 Diperbarui: 5 November 2018   14:11 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Publikasi di kolom OPINI, Harian KONTAN, 4 Oktober 2018

Tulisan ini awalnya diupayakan terbit pada pertengahan September 2018, saat yield SUN mencapai 8.6%. Tapi kemudian tertunda krn lebih dominan berita nilai tukar. 

Saat yield SUN turun ke 8.1%, baru dipublikasi perlu revisi sana-sini terkait data-data dan cerita ada yg jadi kurang gresss. Tapi, tulisan ini semakin relevan saat ini sejalan dengan kembali terkoreksinya bursa SUN dimana yield mencapai 8.7% per 12Oktober.

So, sesekali editor koran yg menjadi market timer dinamika bursa dan tulisan

 = = =

Di tahun 2018 sampai akhir September, Indeks Harga Surat Utang Negara (SUN) dari IBPA mengalami koreksi 10,0%, sehingga Total Return Investasi SUN menjadi negatif 4,6% (Total Return = Akumulasi Kupon + perubahan Harga SUN). 

Sejalan koreksi harga, yield SUN tenor 10-tahun naik menjadi 8,1%, dibandingkan yield awal tahun sekitar 6,3%. Kurs Rupiah terhadap Dolar Amerika juga mengalami pelemahan menembus Rp 15.000 , terendah dalam 20-tahun terakhir.

Dari sisi valuasi, yield SUN di 8,1% membuat harga SUN relatif murah. Spread SUN saat ini terhadap inflasi, bunga kebijakan Bank Indonesia (BI 7DRR), US Treasury Yield, masing-masing sekitar: 5,2%, 2,4%, dan 5,0%. 

Spread saat ini lebih tinggi dibandingkan spread awal tahun yang masing-masing sekitar: 2,7%, 2,0%, dan 3,9%. Spread terhadap yield SUN negara berkembang tetangga seperti Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Thailand juga positif, masing-masing mencapai: 0,5%, 3,1%, 4,0%, dan 5,3%.

Valuasi SUN yang murah ternyata belum cukup menarik investor asing untuk membeli SUN berdenominasi Rupiah. Namun, investor asing tetap membeli SUN berbasis mata uang asing (Dolar Amerika). 

Investor global ternyata meyakini kekuatan fundamental ekonomi Indonesia dan kemampuan Pemerintah membayar hutang, tetapi menghindari risiko rugi kurs bila membeli SUN berdenominasi Rupiah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun