Mohon tunggu...
Siswa Rizali
Siswa Rizali Mohon Tunggu... Konsultan - Komite State-owned Enterprise

econfuse; ekonomi dalam kebingungan

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Koreksi IHSG, Saatnya “Buy on Dip”???

24 Januari 2011   06:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:14 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila dianggap kenaikan harga 2006-2010 lebih cepat daripada pertumbuhan kinerja, maka penyesuaian dapat terjadi dengan cara:

1. EPS naik, atau...

2. Harga turun.

Bila dianggap EPS naik 20% ditahun 2011 (skenario rata2 pertumbuhan 2005-2010), maka EPS akhir tahun menjadi sekitar 3900. Asumsi PER sekitar 14X maka harga akhir tahun menjadi sekitar 54000.

Tapi akibat psikologis investor yang cepat berubah, bisa optimis/pesimis berlebihan, maka biasanya lebih mudah harga yang berubah, sedangkan EPS relatif jauh lebih stabil.

Untuk skenario bubble, ASII PER-nya katakanlah mencapai 30X, alias harga ke sekitar 115,000. Bila yang berlaku kondisi "mean reversal" dan optimisme memudar, harga ke PER 10X alias harga ke 39,000.

Karena itu, investor yang akan melakukan 'buy on dip' sebaiknya tetap memperhatikan kinerja perusahaan (bukan sekedar besaran koreksi pasar). Perlu juga dirasakan kondisi psikologis investor: netral, pesimis, atau masih sangat optimis??

Mengingat investor ritel saham biasanya sangat bullish di puncak, maka setiap koreksi lebih dari 5% biasanya direspon dengan cepat. Karena itu koreksi bisa diikuti dengan pemulihan yang luar biasa. Sebaliknya, investor besar/institusional secara hati-hati akan memanfaatkan pemulihan untuk mengurangi posisi saham. Terjadi lah kegagalan pemulihan untuk mencapai titik tinggi baru (fail rally).

Dan melihat koreksi pasar obligasi yang luar biasa, mecapai 13% (dari total kenaikan 15% dalam periode 4Januari-14 Oktober 2010 . Indeks Harga Obligasi HSBC per 21 Januari adalah 158.3, sama seperti pada akhir Februari 2010), maka perjuangan di pasar saham masih sangat berat. Investor saham sepertinya masih sangat optimis.

Hanya pada saat valuasi sudah relatif murah (PER dibawah rata2 jangka panjang, sekitar 12X) dan optimisme minim, baru lah "buy on dip" menjadi strategi yang memiliki resiko rendah dan potensi return tinggi (low risk, high return).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun