Mohon tunggu...
Piccolo
Piccolo Mohon Tunggu... Hoteliers - Orang biasa

Cuma seorang ibu biasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Tepi Puncak Jaya

28 Maret 2021   16:18 Diperbarui: 28 Maret 2021   23:38 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku di tepi Puncak jaya
Menikmati dingin semesta, membiarkan api menjadi es di genggaman
Kupeluki lembut awan berbadan petir, kubiarkan pecah dan menggelegar dalam kepalaku
Tak ada bibir yang membalas sapa, tak ada suara manusia berbalas tawa
Aku berdiri di atas batu bumi
Bergeser sedikit saja, aku mati
Tak ada pegangan yang menyelamatkan, tak ada tangan yang menarik bertahan
Sendiri
Aku biarkan darahku membeku di atas Puncak Jaya
Kematian demi kematian seperti sudah biasa di sini
Menyaksikan satu demi satu teman berjuang pergi dan tak terbawa kembali
Bermain bola salju seorang saja, menghibur matinya asa dalam diri
Berkecamuk, mengamuk-amuk
Batin digerogoti luka hingga keluarkan tetes kristal darah yang membeku
Bergeser sedikit saja, aku mati
Benar!!!
Angin kencang menggeser pijakanku
Dan
Mati

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun