"Kenapa?" Tanyaku sedikit menekan nada bicaraku.
"Karena kau selalu sibuk memperhatikan kesehatan kami, dan kami hanya bisa menyusahkanmu."
"Benar kau yang selalu mengganti minumanku dengan air hangat?"
"Karena air hangat bagus untuk imun."
"Benar kau yang kemarin setiap hari mengantarkan Amora bubur ke kostnya waktu dia sakit berhari-hari dan kami tak satu pun yang tau Amora sakit?"
"Apa aku harus memilih kepada siapa aku boleh menolong? Kau pikir apa cuma kau yang perlu diperhatikan. Mereka teamku. Aku bisa apa tanpa mereka."
Aku memberanikan diri menyodorkan amplop putih itu untuknya.
"Tolong pertimbangkan kembali keputusanmu untuk pergi."
Ahhh,
Aku benci adegan ini. Aku tak pernah secengeng ini. Apa lagi hanya untuk perempuan aneh seperti Davina.
"Boleh kasih aku beberapa pertimbanganya?"