"Piccolo, Pak." Davina menyodorkan cangkir kecil berisi Piccolo untukku.
Davina selalu begitu sulit ditebak. Entah dari mana dia tau aku begitu menyukai Piccolo. Diam-diam aku melirik cangkir kecil yang ada di hadapannya. Espresso! Perempuan aneh ini apa tidak salah pesan kopi. Apa dia tau apa yang akan diminumnya.
"Toraja Sapan single Origin, honey proses." Davina menyebutkan jenis biji kopi asal Espresso di hadapannya.
Davina selalu sulit ditebak.
"Maaf. Aku terlalu sibuk belakangan sampai hampir tak pernah lagi keliling outlet." Aku mengawali percakapan kami sore itu.
Davina tak merespon.
"Maaf, semalam aku emosi." Sambungku.
"Yang mana?" Respon singkat dari Davina.
"Aku sudah terima kabar dari HRD. Kenapa kau langkahi aku?"
"Kabar soal?"
"Surat pengunduran dirimu. Kenapa kau langkahi aku? Kenapa kau tak lebih dulu memberitahuku?"