Bahasaku memang sulit dipahami, makanya aku tak ingin terlalu banyak bicara.
Aku tahu Davina juga seorang penulis, dia aktif menulis cerpen di beberapa platform. Mungkin dia lebih paham soal diksi dan majas. Tapi sesulit itukah memahami bahasa seorang penulis.
***
Sabar ya. Aku lagi banyak sampingan kanan kiri. Entar kalo urusan ini kelar, kita ngobrol ya.
Entah kenapa aku kirim pesan itu pada Davina. Aku hanya merasa ada banyak hal yang ingin dia sampaikan padaku. Setidaknya kode itu aku tangkap dari status whatsapp-nya.
Mau nunggu sampai kontrakku habis, ya? Balas Davina.
Aku lupa Davina bahkan masih di masa training. Bisa terhitung jari aku duduk dengannya mengajari sesuatu yang seharusnya dia tau. Atasan macam apa aku. Aku hanya membuka telingaku lebar-lebar untuk mendengar keluhan-keluhan sekitar tentang dia.
Aku bahkan lupa bagaimana dia berproses dari hari ke hari sampai sekarang dia yang selalu dicari rekan supervisor lainnya untuk membantu mereka ketika outlet butuh bantuan.
Aku pasti datang. Tunggu aja.
Dan aku berharap Davina benar-benar mau menungguku.
***