Tangerang, 30/06/2022 Pada berbagai artikel yang memuat informasi mengenai tingkat pertumbuhan ekonomi di tahun 2022 dan 2023 akan banyak dijumpai terkait faktor yang akan mempengaruhi isu tersebut. Sebagian besar informasi tersebut akan dipenuhi oleh faktor konflik yang terjadi pada negara bagian di benua Eropa yang tentunya sangat mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi di tahun 2022 maupun 2023.
Pada wawancara yang diadakan pada program B-Talk Kompas TV (10/05) - Menteri Keuangan Indonesia (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa "IMF sudah menurunkan pertumbuhan ekonomi tahun ini dari yang tadinya diproyeksikan 4,4 (persen) sekarang menjadi hanya 3,6 (persen). Saya sudah lihat beberapa laporan terakhir, bahkan sekarang proyeksinya lebih rendah dari 3,6 (persen) bisa sampai 3,4 (persen) bahkan 3,2 (persen)," ungkap Menkeu Sri Mulyani tersebut.
Menurutnya faktor yang paling besar yang menjadi dampak tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun ini juga ditahun mendatang yaitu berasal dari konflik yang terjadi antara Rusia-Ukraina yang menyebabkan kenaikan harga diberbagai komoditas seperti kebutuhan pokok, energi dan lain sebagainya. "Jadi ekonomi ini tidak statis. Kita akan lihat kuartal ini seperti ini, kuartal depan terjadi ini. Perang yang kemarin diumumkan oleh Presiden Putin (Rusia) apakah akan berhenti atau tidak itupun masih belum pasti juga. Ini semuanya menimbulkan ketidakpastian pada semester kedua tahun ini.' Ujar Menkeu, selasa (10/05.)
Selain faktor utama tersebut, faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi tahun ini dan tahun mendatang yaitu tekanan inflasi dunia, pengetatan kebijakan moneter diberbagai negara, pemburukan kondisi perekonomian global, serta gelombang pandemi yang tidak bisa diprediksi seperti halnya serangan varian baru Omicron seperti beberapa bulan lalu.
Meskipun demikian, menurut proyeksi Bank Dunia berdasarkan Laporan Indoneisa Economis Prospect (IEP) Bank Dunia pada Juni 2022, tingkat perekonomian Indoneisa diprediksi akan tumbuh sekitar 5,1 persen di tahun 2022 dan naik menjadi 5,3 persen di tahun 2023. Proyeksi ini didasarkan berbagai faktor pendukung, seperti kepercayaan konsumen yang meningkat, nilai tukar perdagangan (terms of trade) yang lebih baik, dan lonjakan permintaan yang tertahan(pent-up demand).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H