Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Waspada! Banjir Bisa Bikin Malu

17 Januari 2014   17:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:44 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berita-berita banjir ini cukup membuat kita terkejut. Kemarin keluarga jauh istri di Manado (lupa tanya daerah mana persisnya) mengirim kabar kalau rumah mereka ditenggelamkan banjir. Yang tersisa dipermukaan air hanyalah bagian atap rumah saja. Berita yang bikin bergidik. Untuk meyakinkan diri saya membuka-buka video di Youtube, dan memang ketemu satu dua video yang mendukung kabar tersebut.

Sampai saat ini (dan mudah-mudah sampai seterusnya) saya belum pernah mengalami peristiwa banjir parah. Air masuk ke dalam rumah juga jarang sekali, kecuali hujan cukup deras berjam-jam. Pengalaman berhadapan dengan banjir lebih sering saya temui di jalan raya. Itu pun ketinggiannya airnya paling banter sampai betis saja.

Tapi saya jadi teringat cerita lucu akhir tahun lalu, masih berhubungan dengan banjir.  Pada Pertengahan bulan Desember tahun lalu, hujan mulai menderas. Saluran-saluran pembuangan air yang tidak bisa berfungsi maksimal membuat jalanan di depan kantor mulai tergenang air. Daerah di sekitar kantor memang sudah terkenal sebagai daerah langganan banjir. Oleh karena itu, bangunan-bangung di sekitar kantor (termasuk kantor kami) di buat jauh lebih tinggi dari ketinggian jalan.

Saat itu ada meeting usai jam kerja, sehingga kami pulang agak malam. Hujan deras sudah berlalu menyisakan gerimis yang belum ketahuan kapan berhentinya.  Setelah meeting, beberapa orang yang mengendarai motor tidak langsung pulang karena saat itu air mulai meninggi lagi. Jadi kami memilih mengaso sebentar di depan kantor, sambil ngobrol ngalor ngidul dan memandang lalu lintas yang crowded semrawut karena banjir itu. Suasana jalan cukup padat. Lampu-lampu merkuri jalan dan lampu kendaraan berbalas-balasan menerangi air coklat kehitaman karena cuaca yang gelap.

Kami menunggu di atas motor di halaman depan kantor. Sejajar dengan halaman kantor ada lantai paving blok yang menghubungkan badan jalan dan halaman kantor. Dibawahnya ada selokan lumayan lebar yang saat itu tertutup genangan air.

Karena mobil-mobil berjalan pelan, maka banyak sepeda motor yang berusaha mencari celah di pinggir badan jalan. Beberapa malah sampai naik ke trotoar, walaupun trotoar juga tertutup air. Orang-orang yang sudah biasa lalu lalang disitu mestinya sudah hafal betul, dimana batas antara trotoar, badan jalan dan selokan.

Tiba-tiba seorang pengedara skuter matic melaju dengan sembrono tanpa peduli pada pengendara lain. Orang-orang sampai berhenti sejenak untuk melihat tingkahnya yang ugal-ugalan. Sudah tahu semua orang sama-sama kesusahan berjalan karena banjir, tak mau pula tenggang rasa. Mungkin kucing di rumah sudah mau ngelahirin jadi dia nampak terburu-buru. Saking terburu-burunya dia ikut memanjat trotoar dan memilih jalan di depan halaman kantor kami yang kelihatan lapang. (Ya lapanglah, wong disisi jalan masuk itu ada selokan lebar. Mana mau orang-orang lewat di situ).

Spontan kami yang sedang memandang peristiwa itu berteriak berbarengan menghentikan laju motornya. Untunglah dia masih mendengarkan. Hanya mungkin karena terkejut, dia sedikit kehilangan keseimbangan saat mengerem sampai ban motornya slip, lalu jatuh dengan sukses di depan kami. Beberapa rekan yang terdekat langsung membantu mengangkat motornya, lalu menjelaskan kalau dia masih melaju beberapa inci lagi motornya bisa langsung nyemplung ke dalam selokan. Saat itu memang selokannya tidak kelihatan karena sejauh mata hanya genangan air yang terlihat.

Untunglah dia tidak kenapa-kenapa. Pengendara motor itu pun berterima kasih, lalu kembali bergabung bersama keramaian lalu lintas di badan jalan. Kali ini dia kelihatan lebih hati-hati dan mau antri bersama kendaraan lain.

Setelah pengendara motor itu menjauh, barulah kami terkekeh. Kalau saja tadi teriakan kami tidak didengarkan pasti sudah terjadi peristiwa heboh  di depan kantor. Selokannya tidak dalam sih, saat itu juga arus banjir tidak deras. Hanya saja kalau dia sampai benar-benar terjatuh ke dalam selokan, warga di jalan pasti gempar. Mungkin tetap ada yang prihatin, tapi orang-orang di belakang pasti banyak yang bilang “Syukurin!!” Soalnya sejak tadi pengendara motor itu bikin jengkel orang-orang sepanjang jalan.

Jadi pelajaran yang bisa dipetik adalah saat berkendara di tengah banjir dan kita belum mengenal medan jalan yang dilalui lebih baik hati-hati dan bersabarlah bersama pengendara lain. Kalau tidak, banjir juga bisa bikin malu.

Salam Kompasiana (PG)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun