Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tinta Pilpres yang Menggoda

9 Juli 2014   23:24 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:50 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pagi hampir tuntas. Sengatan matahari Juli mulai terasa membakar pori-pori. Apalagi di atas sana tak ada selembar awan pun yang menghalangi larik-larik raksasa cahayanya. Walaupun demikian, rakyat seperti tak peduli. Mereka tetap berbondong-bondong mendatangi TPS-TPS terdekat. Seperti pada sebuah Sekolah Dasar inpres yang dijadikan salah satu TPS. Beberapa kelas disulap jadi ruang pengambilan suara. Petugas-petugas TPS aktif mengarahkan warga yang mengerubung seperti kawanan semut mengerubuti remah roti.

Kontras dengan hiruk pikuk tersebut, Arya tenggelam dalam kesendirian di antara tembok apartemennya. Hawa Air Conditioner dingin menggigit seperti di kutub utara, namun Arya terlihat nyaman di bawah selimut beludru yang hangat. Walaupun jarum pendek jam sudah bergerak meninggalkan angka sepuluh, dia masih betah di atas tempat tidur ditemani tablet yang berpendar-pendar, biskuit kelapa dan teh kotak yang hampir tandas.

Lelaki single yang merupakan figur sempurna eksekutif muda metropolitan tersebut enggan memilih menjadi salah satu dari pencoblos pilpres hari ini. Dia seperti mewakili banyak sosok orang muda yang apatis terhadap idealisme politik. Rotasi legislatif, presiden demi presiden, dan semua tetek bengek pemerintahan dan demokrasi ini hanya euforia sesaat saja. Begitu pesta usai, masyarakat akan kembali bergumul dengan masalah sosial ekonominya masing-masing. Jika ada dinamika yang mengejutkan masyarakat, paling-paling itu harga BBM yang naik, kebijakan lain yang tidak pro rakyat atau rupiah jeblok di pasar mata uang. Eksekutif seperti dirinya pun akan kembali bergelut dengan target demi target, dan caci maki dari top manajemen.

Jadi tidak akan banyak perbedaan yang akan terjadi jika dia ke TPS atau tidak ke TPS hari ini.

Walaupun sebenarnya ada sebagian lain dari hati kecilnya yang mengetuk pintu logis pragmatis Arya untuk meninggalkan dunia egonya sejenak hari ini. Dari antara dua pilhan, sebenarnya dia simpati pada salah satu kubu capres-cawapres. Hanya saja sejak dulu dia selalu merasa tidak perlu repot-repot memberikan suara. Toh bakal sama saja jadinya.

Tapi atmosfir dunia maya hari ini begitu menggodanya untuk meninggalkan istana mungilnya sejenak dan ikut berdemokrasi ria. Walaupun dia masih nampak keukeuh. Tapi sejak tadi dia melihat timeline sosial media kawan-kawannya, semua sepertinya larut dalam pesta demokrasi ini. Banyak yang mengunggah gambar tinta di jari kelingkingnya, sebagian mengelu-elukan capres-cawapres favoritnya, bahkan ada beberapa yang cukup provokatif, memajang gambar surat suara yang lagi dicoblos. Arya sampai mengernyitkan kening, “Perasaan  tidak boleh bawa alat perekam ke dalam bilik suara. Ada-ada aja nih,” batinnya, lalu tersenyum simpul.

Sementara itu portal berita pun hampir semua menayangkan kabar-kabar Pilpres. Presentasi golputers seperti dirinya kali ini benar-benar anjlok. Bahkan dibeberapa tempat di luar negeri partisipasi pemilih dikabarkan naik signifikan, bahkan ada yang mencapai 100%.

Oh ya, bagaimana kabar Shinta ya pagi ini? Arya mengaktifkan smartphone-nya lalu mengintip status kekasihnya tercinta itu. Beda dengan dirinya, Shinta adalah salah satu dari manusia-manusia yang sangat antusias dengan pilpres kali ini. Wow… lagi-lagi Arya melihat gambar besar jari kelingking putih lentik bermandi tinta disitu. Status Shinta tertulis dengan tegas “Doesn’t matter you are hater or lover, please be a voter today!! #limatahunskaliloohh” Arya seperti tertohok dengan kata-kata Shinta tersebut.

Dengan beberapa sentuhan pada layar smartphone, dia pun tersambung dengan Shinta.

“Haloo…. Sayang. Udah bangun yaa?? Eh, jangan lupa traktiran. Jerman menang tadi kaan…Hehehe..” suara sopran yang terdengar riang bergema gendang telinga Arya.

“Iya… iya…, “ Arya menyahut malas-malasan. “Lagi ngapain sayang??”

“Lagi ngantri di TPS nihh. Udah banyak warga yang ikut ngantri. Tadi datangnya agak telat sih…”

Arya kembali mengernyitkan kening.

“Loh, bukannya tadi udah nyoblos?! Tuh di PP kamu…..!!”

“Hehehe….. itu gambar waktu pemilu legislatif kemarin. Tapi dipajang aja soalnya kan hari ini kan temanya pemilihan presiden sayang. Bentar lagi kan aku nyoblos juga…”

“Ooh…. gitu.”

“Kamu sendiri? Beneran mau golput lagi…”

“Iya kayaknya. Lagi PW nih, jadinya males ke TPS.”

Shinta terdiam sejenak lalu melanjutkan ucapannya dengan nada yang lebih tenang.

“Mas Arya yang cakeeeepp, cintaku kasihku sayangku…. Please coblos dong sayang. Kali iniii aja. Sayang tuh suaranya..”

“Hmm…. Mulai deh… mulai.”

“Serius sayang. Cuman dua kandidat ini, jadi satu suara pun sangat menentukan. Okelah, aku tidak maksa kamu mesti sama dengan aku, tapi paling tidak ikutlah berpartisipasi sebagai warga negara yang baik. Tidak ada ruginya kan…”

“ Iya iya. Hmm… okeh. Aku sepertinya mulai goyah nih.” Arya menyahut dengan nada menggoda. “Aku butuh satu alasan lagi nih. Kenapa tidak boleh golput hari ini… .”

“Aku kasih dua alasan deh. Satu golput udah gak mainstream lagi sayang. Udah old song… jadul! Dua, gue udah beli dua tiket bioskop buat siang bentar. Rencana mau pergi bareng Vitha, tadi aku mikir kamu sore baru beranjak dari kasur. Tapi kalau kamu mau nyoblos juga…. Biarlah Vitha di-pending dulu.”

Kin rasanya Arya menemukan semangatnya kembali. Dilihatnya jam sejenak, ah masih cukup waktu buat ke TPS terdekat.

“Kamu sudah punya surat panggilan?”

“Iya. Kemarin dulu dikasih langsung pak RT…”

“Jadi gimana sayang? Mau jadi voter kan hari ini?”

“Iya deh.”

Terdengar pekikan gembira Shinta diseberang sana. Lalu terdengar dia seperti minta maaf pada orang-orang disekelilingnya.

“Halo… say. Aku senang sekali sampai gak sengaja nyikut bapak disamping aku…. Hihihi,” bisik Shinta. “Kamu akhirnya mau lepas status golputer kamu sayang….”

“Iya…. Iya. Tapi aku sebenarnya lebih tertarik pada alasan kedua…. Nonton bareng. Hehe. Tapi setelah dipikir-pikir…… alasan pertama boleh juga.”

So…. Tunggu apa lagi. Ayo buruan mandi….. abis ini aku langsung ke TPS kamu yah… Kirim aja alamat lengkapnya.”

“Oke sayang,…”

Tak lama kemudian dua sejoli itu mengakhir percakapan mereka. Setelah itu Arya bergegas ke kamar mandi. Dia nampak excited. Padahal baru beberapa menit lalu dia termasuk golongan orang-orang yang tidak mau menunaikan hak konstitusionalnya. Yah, sepertinya siapapun setuju. Pada Pilpres kali ini, tinta TPS begitu menggoda. (PG)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun