Hari Sabtu yang lalu (21/5) saya berkesempatan mengikuti langsung seminar yang dibawakan oleh Prof. Rhenald Kasali, setelah selama ini hanya mengikuti tulisan-tulisan serta membeli buku yang ditulis beliau. Seminar yang bertema “Sharing Economy Dalam Peradaban Baru” ini diselenggarakan oleh PUKAT (Profesional dan Usahawan Katolik) Keuskupan Agung Makassar.
Pemaparan materi oleh Prof. Rhenald yang berlangsung selama kurang lebih tiga jam tersebut benar-benar menambah wawasan baru mengenai konsep sharing economy, kendati sebagian dari materi seminar dapat juga ditemukan pada artikel beliau di kompas.com dan buku Self-Driving yang ditulisnya. Prof. Rhenald mengupas secara mendalam konsep sharing economydalam kehidupan kita belakangan ini. Dimulai dari bagaimana generasi C (baca: generasi si) pasca badai moneter 2008 lalu menginisiasi sharing economy ini sampai bagaimana bisnis startup bisa tiba-tiba merajai pasar dan membuat pemain lama ketar-ketir.
Tapi saya tidak akan membahas panjang lebar materi seminar itu, melainkan mencoba menghubungkannya dengan fenomena gerakan perkoperasian di tanah air kita.
Aktivitas sharing alias berbagi sebenarnya sangat dekat dengan kebudayaan kita. Lihat saja, setiap daerah pasti punya kebiasaan dan aktivitas gotong royong. Namanya bisa bermacam-macam, seperti Subak di Bali, Gugur Gunung di Jogja, Siadapari pada masyarakat Batak dan lain-lain. Namun intinya melalui kegiatan sharing ini, komunitas bekerja sama untuk menyelesaikan beban atau masalah salah satu anggota komunitasnya.
Jika aktivitas sharing mulai melibatkan perputaran uang melalui aktivitas ekonomi antara pelaku-pelakunya maka lahirlah sharing economy.
Konsep sharing economy dalam perekonomian terkini tidak bisa dipisahkan dari lima hal lainnya yaitu Sharing Resources, Business Model, Disruption,Big Data Analyst dan Cracking Costs. Pemahaman dan aplikasi 5 in 1 ini bisa jadi senjata ampuh bagi siapapun yang hendak berbisnis dengan konsep sharing economy.
Masing-masing komponen dalam 5 in 1 tersebut punya penjelasan masing-masing namun kita akan memilih dua komponen saja yang paling dekat dengan koperasi yaitu sharing resources dan business model.
Sharing resources atau berbagi sumber daya adalah salah satu kiat untuk mengakali biaya perolehan yang mahal. Pada tulisannya di kolom ekonomi kompas.com, Prof. Rhenald memberi contoh salah satu aplikasi yang menggunakan prinsip sharing resources untuk mempertemukan penyewa dan pemilik peralatan tertentu. Seperti misalnya bor listrik (power drill). Produsen pada umumnya membuat power drill dengan jaminan seumur hidup (lifetime warranty) makanya dibanderol dengan harga yang mahal.
Padahal peralatan ini hanya digunakan sesekali dengan jangka waktu pemakaian beberapa menit saja.
Muncullah ide untuk menyewakan power drill kepada mereka yang membutuhkannya. Biaya sewa yang dikenakan berkali-kali lipat lebih murah dibanding membeli baru. Penyewa dan pemilik pun mendapat benefit dari kegiatan sharing ini.
Jadi ada aktivitas sharing dan juga ada aktivitas ekonominya.