[caption id="attachment_335803" align="aligncenter" width="560" caption="Koalisi PDI-P, PKB, Nasdem. Gambar dari metrotvnews.com"][/caption]
Berita koalisi PDI-P bersama PKB dan dukungan PKB terhadap pencapresan Jokowi jadi kabar baik bagi suksesi Jokowi. Sepertinya semakin jelas dan tegas kita lihat langkah demi langkah yang dititi Jokowi menjadi RI-1. Dengan koalisi ini formasi di kubu Jokowi semakin komplit. Setelah sebelumnya sukses menggandeng Nasdem yang juga berhaluan nasionalis, kini partai berhaluan agama pun berhasil diajak merapatkan barisan.
Deklarasi koalisi dilangsungkan di hotel Aryaduta yang berlokasi di pesisir pantai Losari pada Sabtu malam (10/5) kemarin. Tentu saja langkah PKB ini sudah digodok dengan matang pada internal partai. Mereka juga telah melakukan konsultasi dengan dewan Syuro dan para petinggi NU se-Jawa sebelum memantapkan langkahnya berkoalisi dengan PDI-P.
Mungkin yang ikut memuluskan proses koalisi ini adalah marketing politik yang ditempuh oleh Jokowi mampu membuka mata dan “hati” para elite PKB. Jokowi mengkonfirmasi hal ini saat dimintai komentarnya oleh media. “Sekarang terbukti platform tidak bagi-bagi kursi berhasil. Waktu ketemu Pak Surya Paloh, saya menjelaskan platform aksi, implementasi dari daulat politik, berdikari ekonomi, kepribadian dan kebudayaan membuat NasDem langsung salamin saya. Kemaren ketemu Pak Muhaimin, cuma ada proses konsultasi dengan Dewan Syuro dan ulama NU. Alhamdulillah, apa yang kita tawarkan sama," ungkap Jokowi sebagaimana dikutip portal metrotvnews.com
Ribut-ribut beberapa waktu lalu akibat Bang Haji Rhoma Irama yang mengatakan akan menarik dukungannya dari PKB karena batal jadi capres usungan PKB, rupanya sudah tidak menjadi hal penting lagi bagi PKB. Hanya saja rupanya media masih penasaran, sehingga masih ada awak media yang menanyakan bagaimana nasib Haji Rhoma Irama pasca koalisis ini pada saat konferensi pers di Hotel Aryaduta. Ketua DPP PKB Marwan Djafat merespon dengan mengatakan “Saya tidak akan menjawab pertanyaan itu.” Sebelumnya Marwan memang sudah pernah menyampaikan kepada media, Rhoma Irama mesti realistis menyikapi pembatalan dirinya menjadi bakal calon Presiden yang diusung partai. Perolehan suara PKB tidak mencukupi kuota Presidential Treshold dan perolehan suara tersebut bukan semata akibat upaya Rhoma Irama saja, tapi karena upaya dan kerja keras tim sukses PKB yang lain.
Nama Jokowi pasti akan semakin bersinar pasca koalisi ini. Jokowi pun yakin masih akan ada partai-partai lain yang segera merapatkan barisan. PR berikutnya adalah segera menentukan Cawapres yang akan menjadi pendampingnya. Berita ini juga sedang dinanti-nanti masyarakat karena akan ikut mempengaruhi pengambilan keputusan di dalam kotak pencoblosan pilpres nantinya. Jokowi dan tim dibelakangnya mesti bijak menentukan pilihan. Selain itu, hari-hari belakangan ini Jokowi juga mesti hati-hati mengeluarkan statement, karena para kompetitor akan selalu berusaha mencari celah untuk menjatuhkannya.
Tapi bagaimanapun juga, dalam politik prediksi-prediksi berbasis analisis paling akurat sekalipun tidak selamanya terbukti sinkron dengan kejadian di lapangan. Walaupun kita bisa membuat asumsi awal peluang Jokowi jadi RI-1 cukup besar (apalagi di sebelah sana ternyata koalisi tandingan juga belum begitu jelas juntrungannya), tetap masih ada kemungkinan lain halnya yang terjadi. Makanya hari-hari yang tersisa sebelum Pilpres ini mesti digunakan dengan baik oleh koalisi PDI-P dan mitra-mitranya untuk membangun kepercayaan masyarakat.
Referensi:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H