Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rumah Tanpa DP

13 Februari 2017   16:20 Diperbarui: 1 April 2017   08:59 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar dari:aliexpress.com

Badrun duduk tanpa semangat di atas dermaga kayu kecil yang menjorok di atas sungai. Sungai itu membelah sisi timur kota metropolitan, memisahkan perkampungan dan kawasan perumahan elite.

Mata kail Badrun sejak tadi tak bergerak di dalam sungai. Ikan-ikan belakangan ini seperti lagi mogok makan.

Langit sedang diliputi mendung. Suasana sepi senyap. Celoteh bocah-bocah tidak terdengar petang ini, tidak seperti biasanya. Semesta pun seperti berempati dengan perasaan Badrun saat ini.

Hanyut dalam keheningan itu, membuat Badrun jadi terkejut setengah mati saat Soleh mengejutkannya dari belakang.

“Kambing, eh kambing.!” Badrun berseru latah. Gagang pancingnya hampir terjun ke sungai saking kagetnya.

Soleh pun tertawa puas.

“Sialan elu, Leh! Untung jantung gue kuat lahir batin…”

“Sori, Bro. Tadi gue cuma mau mastiin elu masih hidup. Habis dieeem aja kayak manekin sakit gigi.”

Soleh pun ikut duduk di sisi Badrun sembari meletakkan tas bututnya. Soleh ini asisten juragan Luki, orang terkaya di kampung pinggir sungai itu. Kerjaannya tiap hari keliling door to door menagih pembayaran pinjaman warga kampung yang hobi kredit dengan bunga “hanya” 10% per bulan ke juragan Luki. Bunganya memang tinggi, tapi warga tetap senang karena proses kreditnya tidak pakai lama dan ribet. Asal ada agunan sejenis BPKB atau perhiasan emas, dalam hitungan jam kredit bisa langsung cair.

“Kenapa sih lu? Kayaknya suntuk banget!” tanya Soleh.

Badrun kemudian mengamati wajah Soleh sambil menimbang-nimbang dalam hatinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun